JAKARTA – Sepanjang enam bulan pertama 2022, harga batu bara melanjutkan tren penguatan sebagai imbas konflik geopolitik global.

Harga batu bara global yang terus menguat tajam pada periode semester pertama tahun ini menyebabkan rata-rata harga jual batu bara yang diperoleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM/ITMG) naik 134% menjadi US$175 per ton dari USD$75 per ton pada kurun waktu yang sama tahun lalu.
“Kenaikan yang signifikan ini memungkinkan Perusahaan membukukan penjualan bersih sebesar US$1,42 miliar, atau 110% lebih tinggi daripada periode yang sama tahun lalu,” ungkap Mulianto, Direktur Utama ITMG, Kamis(18/8/2022).

Marjin laba kotor naik 19% dari paruh pertama tahun lalu menjadi 53% pada
paruh pertama tahun ini di tengah kenaikan harga bahan bakar global.
Perseroan melanjutkan strategi manajemen biaya yang efisien dan berhati-hati guna memaksimalkan profitabilitas dari momentum kenaikan harga batu bara sehingga menghasilkan arus kas dan posisi kas dan setara kas yang kuat. EBITDA mencapai US$712 juta pada paruh pertama tahun ini, naik 218% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

“Laba bersih naik dari US$118 juta menjadi US$461 juta pada periode waktu yang sama di tahun 2022,” kata Mulianto.

Mulianto menjelaskan, dengan strategi manajemen yang efektif, Perusahaan mempertahankan neraca yang semakin solid. Hingga akhir Juni 2022, total aset Perusahaan tercatat sebesar US$1,97 miliar dengan total ekuitas US$1,48 miliar. Sejalan dengan arus kas dan EBITDA yang kuat, Perusahaan juga memiliki posisi kas dan setara kas yang
solid sebesar US$808 juta. Adapun laba bersih per saham dibukukan sebesar US$0,41.

Sepanjang enam bulan pertama 2022, ITM memproduksi batu bara sebanyak 7,7 juta ton di tengah cuaca buruk dan curah hujan yang tinggi. Volume penjualan tercapai sebanyak 8,1 juta ton, yang dipasarkan ke Tiongkok (2,3 juta ton), Indonesia (1,8 juta ton), Jepang (1,3 juta ton), Filipina (0,6 juta ton), Bangladesh (0,5 juta ton), dan negara-negara lain di Asia Timur, Tenggara, Selatan serta Oseania.

Untuk tahun 2022, Perusahaan menargetkan volume produksi antara 17,5-18,8 juta ton dengan volume penjualan sebesar 20,5-21,5 juta ton. Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 51% harga jualnya telah ditetapkan, 37% mengacu pada indeks harga batu bara, sedangkan sisa 12% belum terjual.

Mulianto menyampaikan, saat ini sektor pertambangan batu bara sebagai bisnis inti memberikan kontribusi pendapatan secara signifikan pada Perusahaan. Dua bidang usaha yang lain adalah jasa energi serta bisnis terbarukan dan lain-lain.
Di sektor bisnis terbarukan, Perusahaan mengambil peluang usaha panel surya atap yang kebutuhannya kian bertumbuh. PT Cahaya Power Indonesia (CPI), salah satu anak usaha ITM yang baru, pada paruh pertama tahun ini telah menandatangani Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) Atap Surya dengan total kapasitas sebesar 7,27 MWp. Selain itu, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pelabuhan Bontang juga telah meningkatkan
porsi konsumsi energi dari sumber energi terbarukan.
“Saat ini, Perusahaan juga tengah membangun PLTS baru di Melak,” ujar Mulianto.

Pada paruh pertama tahun ini, ITM terus menunjukkan komitmen terhadap lingkungan dan keberlanjutan dengan menyerahkan 5.632 hektare daerah aliran sungai (DAS) kepada pemerintah sehingga secara keseluruhan kewajiban rehabilitasi DAS yang telah dipenuhi adalah seluas 20.056 hektare.
ITM juga telah ditunjuk Pemerintah sebagai mitra resmi dalam mengembangkan Persemaian Mentawir di Ibu Kota Negara (IKN) baru Nusantara yang berkonsep hutan kota di Desa Mentawir, Kalimantan Timur.

Keterlibatan Perseroan membangun ibukota negara merupakan kehormatan sekaligus tantangan dan bagian dari tanggung jawab melestarikan lingkungan.

ITM memanfaatkan momentum kenaikan harga batu bara dengan terus menerapkan strategi manajemen biaya yang efisien dan berhati-hati untuk memperkuat kinerja keuangan.
Di samping itu, ITM juga terus melanjutkan upayanya dalam menerapkan praktik-praktik penambangan yang baik dan bertanggung jawab sambil melanjutkan transformasi menjadi lebih hijau dan lebih cerdas.

“Ke depannya, goal ITM adalah menjadi Perusahaan terkemuka di bidang energi di Indonesia dengan konsep greener dan smarter. Pada bisnis pertambangan, ITM akan terus melakukan eksplorasi tambang yang dimiliki guna memastikan pertumbuhan organik atas cadangan batubara, mengembangkan lahan tambang yang baru, dan terus memperhatikan peluang yang ada pada sektor tambang mineral yang bersih,” kata Mulianto.

Di bidang jasa energi, ITM akan melakukan ekspansi pembelian batu bara yang bersumber dari pihak ketiga guna meningkatkan pendapatan dari perdagangan dan pencampuran batu bara, memanfaatkan prasarana logistik yang dimiliki agar dapat menciptakan nilai dan menjadi unit usaha strategis yang menghasilkan laba.
Perusahaan juga akan berperan aktif
untuk menghutankan kembali atau mencegah penggundulan hutan sejalan dengan upaya meningkatkan kenanekaragaman hayati.

Di bisnis energi terbarukan dan bisnis lainnya, Perusahaan tengah membangun PLTS guna memasok energi bagi kegiatan operasional dan terus mengembangkan bisnis energi atap surya.

“Di samping itu, Perusahaan juga
bertekad untuk melanjutkan transformasi menjadi Perusahaan berbasis digital dalam operasi penambangan sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemantauan dan kendali biaya,” ujar Mulianto.(RA)