JAKARTA– PT Agincourt Resources, perusahaan pertambangan emas dan perak di Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang merupakan cucu usaha PT United Tractors Tbk (UNTR), mencatatkan kinerja finansial mengesankan sepanjang 2018. Hal itu ditandai dari raihan positif pendapatan, laba bersih sebelum pajak depresiasi dan amortisasi, dan laba bersih sepanjang tahun lalu dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi, Agincourt membukukan laba bersih pada 2018 sebesar US$ 166,79 juta, naik dari 2017 sebesar US$ 151,34 juta ditopang oleh peningkatan pendapatan dari US$ 484,44 juta menjadi US$ 574,19 juta serta penurunan beban pokok penjualan (cost of goods sold/COGS) menjadi US$ 205,52 juta dari 2017 sebesar US$ 217,58 juta. Adapun EBITDA mencapai US$ 270,7 juta, naik dari 2017 sebesar US$ 203,2 juta.

Sejak 2014 hingga 2018, Agincourt mencatatkan kinerja penjualan positif, baik emas maupun perak. Pada 2014 misalnya, penjualan dari US$ 39,7 juta naik menjadi US$ 40,18 juta, lalu US$ 40,96 juta, dan US$ 40,26 juta serta 2018 menjadi US$ 51,6 juta. Sementara itu, penjualan emas pada 2014 tercatat US$ 344,4 juta dan meroket terus menjadi US$ 351,28 juta, US$ 385,47 dan 2017 menjadi US$ 444,17 juta serta 2018 meningkat jadi US$ 522,23 juta.

Laba bersih perusahaan selama lima tahun terakhir juga terus menunjukkan performa positif. Pada 2014, laba bersih hanya US$ 41,86 juta, naik menjadi US$ 47,16 juta dan menjadi US$ 120,6 juta pada 2016. Laba bersih perusahaan kembali meroket ke level US$ 151,34 juta pada 2017 dan US$167juta pada 2018.

Muliady Sutio, Presiden Direktur Agincourt Resources, menyatakan kinerja keuangan yang positif pada 2018 ditopang oleh produksi pada 2018 yang kembali melampaui rekor yang tercatat di tahun-tahun sebelumnya. Sebanyak 5,57 juta ton bijih mineral telah diolah untuk menghasilkan 410.387 ounce emas, yang merupakan peningkatan 15,5% dari 2017.

“Pencapaian All-in Sustaining Cost (AISC) produksi terendah sampai saat ini yaitu sebesar US$367,3 per ounce berkontribusi terhadap catatan laba setelah pajak sebesar US$167 juta,” ujar Muliady dalam keterbukaan informasi yang dimuat di laman perseroan.

Muliady menjelaskan, pertumbuhan strategis perusahaan pada 2018 turut didukung oleh keberhasilan dalam program eksplorasi, persetujuan pemerintah untuk penambangan deposit Tor Ula Ala, dan pengembangan proyek pengolahan sulfida yang sedang berlangsung.

“Tahun 2018 juga menjadi saksi atas lancarnya masa transisi kepemilikan saham mayoritas Perusahaan, dengan diakuisisinya 95% saham Perusahaan oleh PT Danusa Tambang Nusantara, yang dimiliki oleh PT United Tractors Tbk (60%) dan PT Pamapersada Nusantara (40%),” ujar Muliady.

Menurut dia, hasil selama 2018 telah mengukir tolok ukur baru dalam hal ini, rekor yang kembali menjadi ukuran operasional utama dan keuangan, yang sebagian besar merefleksikan keberhasilan pelaksanaan inisiatif-inisiatif di bawah Martabe Improvement Program (MIP) Perusahaan. Hasil tersebut dirangkum sebagai berikut.

“Penambangan di pit Purnama, Barani dan Ramba Joring mendukung rekor throughput pabrik sebanyak 5,57 juta ton bijih, kenaikan 4,11% dibandingkan 2017 sebanyak 5,35 juta ton, meskipun campuran bijih yang lebih keras,” katanya.

Hasil ini bersama peningkatan perolehan emas 84,4% membukukan rekor produksi emas 410.387 ounce emas, kenaikan 15,5% dibandingkan pencapaian tahun 2017. Hasil-hasil tersebut menunjang rekor penjualan emas sebanyak 412.298 ounce emas di tahun 2018, naik 17,2% dibandingkan penjualan emas 351.828 ounce pada 2017.

“Pencapaian yang luar biasa ini tidak diraih dengan mengorbankan kinerja operasional jangka panjang dan peningkatan lebih lanjut pada 2019 sedang ditargetkan,” katanya.

Muliady menjelaskan, program eksplorasi perusahaan yang agresif tetap dipertahankan pada 2018, dengan melibatkan 12 rig pengeboran, dan terus memberikan hasil positif. Cadangan bijih menurun 1,1% pada 2018 menjadi 88 juta ton, setelah deplesi selama tahun tersebut, dengan emas terkandung menurun 6,3% menjadi 4,5 juta ounce. Sumber daya mineral menurun 6,8% menjadi 204 juta ton setelah deplesi, dengan emas terkandung menurun 10,1% menjadi 8,1 juta ounce.

Kinerja operasional Tambang Emas Martabe tercatat sangat baik pada 2018, dengan tolok ukur produksi baru yang tercapai di seluruh mayoritas ukuran operasi utama. Sebanyak 11,7 juta ton material ditambang pada 2018, seiring berlanjutnya operasi penambangan sesuai dengan rencana di pit Purnama dan Barani.

Total material yang ditambang pada 2018 adalah 11,7 juta ton, 7,5% lebih tinggi dibandingkan 10,9 juta ton pada tahun 2017. Total bijih yang ditambang adalah 5,7 juta ton sama seperti 2017. Total waste yang ditambang pada tahun tersebut adalah 6,1 juta ton. “Pengiriman bijih sesuai dengan tingkat milling throughput yang lebih tinggi sementara penambangan waste sesuai dengan jadwal pembangunan tailing storage facility (TSF),” katanya.

Katharina S Hardono, Head of Corporate Communicatons Agincurt Resources, menambahkan Agincourt sbagai pengeloa tambang emas Martabe selalu menjaga dan berupaya meningkatkan performa operasional per tahun. “Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, tahun ini perusahaan menargetkan produksi emas dengan kisaran kapasitas 350 ribu ounce,” ujar Katharina kepada Dunia-Energi, Minggu (14/4).

Terkait realisasi produksi hingga kuartal I 2019, Katharina menyatakan, pihaknya belum dapat menyampaikan angka produksi periode tersebut. “Kami tetap menargetkan total produksi sepanjang tahun ini mencapai 350 ribu ounce,” ujar dia.

Tambang Emas Martabe beroperasi berdasarkan Kontrak Karya selama 30 tahun dengan pemerintah Indonesia. Luas wilayah menurut perjanjian ini adalah 1.302 km2 dan mencakup area yang berada di Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Mandailing Natal. Lokasi Tambang Emas Martabe sendiri berada di Kabutapten Tapanuli Selatan dengan area operasi di akhir 2018 tercatat seluas 479 hektare. Area pendukung di sekitar tambang meliputi hutan asli, perkebunan karet dan sawit serta persawahan, dengan beberapa desa dan kota kecil.

Area operasi saat ini meliputi tiga tambang terbuka dan satu pabrik pengolahan bijih emas carbonin-leach (CIL) konvensional. Infrastruktur terkait mencakup jalan angkut, fasilitas penyimpanan material sisa pengolahan atau tailing storage facility (TSF), tangki penyimpanan air baku, bendungan pengendali sedimen, instalasi pengolahan air, laboratorium analisis, gardu induk tegangan tinggi, gudang bahan peledak dan beberapa bengkel kerja.

Fasilitas pendukung meliputi fasilitas tempat tinggal (camp), lapangan olahraga, klinik kesehatan, gedung administrasi, stasiun pengisian bahan bakar dan fasilitas pergudangan.

Konstruksi Tambang Emas Martabe dimulai pada 2008 dan produksi emas dan perak dimulai pada tahun 2012. Per Desember 2018, Tambang Emas Martabe telah berproduksi selama enam setengah tahun, dengan rencana tambang yang disetujui hingga 2033.

Deposit di Tambang Emas Martabe termasuk ke dalam jenis yang dikenal sebagai deposit epitermal sulfidasi tinggi dan terdiri dari wilayah mineralisasi berskala besar yang berpotensi lebih lanjut menjadi tempat deposit emas dan emastembaga.

Per Desember 2018, sumber daya mineral Tambang Emas Martabe adalah 8,1 juta ounce emas dan 69 juta ounce perak. Cadangan bijih sebesar 4,5 juta ounce emas dan 34 juta ounce perak, setara dengan tambahan 16 tahun operasi tambang. (DR)