NEW YORK- Harga minyak mentah di pasar global turun pada akhir perdagangan Senin atau Selasa (12/20 pagi WIB. Penuruna harga emas hitam itu karena kenaikan aktivitas pengeboran minyak AS dan kekhawatiran permintaan energi membebani pasar.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2019, turun US$0,31 menjadi menetap pada US$52,41 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, dikutip dari Xinhua yang dilansir antaranews.com, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman April 2019, turun US$0,59 menjadi ditutup pada US$61,51 per barel di London ICE Futures Exchange.

Di Amerika Serikat, perusahaan-persahaan energi minggu lalu meningkatkan jumlah rig minyak yang beroperasi untuk kedua kalinya dalam tiga minggu, sebuah laporan mingguan oleh Baker Hughes mengatakan pada Jumat (8/2).

Perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan tujuh rig minyak dalam seminggu yang berakhir 8 Februari, sehingga jumlah rig yang beroperasi menjadi 854 rig, menunjukkan kenaikan lebih lanjut dalam produksi minyak mentah AS, yang sudah mencapai rekor 11,9 juta barel per hari (bph).

Dibandingkan setahun lalu, jumlah rig pengeboran aktif di Amerika Serikat meningkat empat rig menjadi 1.049 rig, atau 74 lebih banyak dari periode yang sama tahun lalu.

Menurut catatan para ahli, para pedagang juga resah atas tanda-tanda kenaikan produksi minyak AS dan meningkatnya kekhawatiran tentang perlambatan permintaan energi yang dipicu oleh melemahnya ekonomi global.

Komisi Eropa memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi zona euro pada 2019 dan 2020 dalam laporan terbarunya, menyalakan kembali kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Di sisi lain, dolar AS yang lebih kuat juga membuat harga komoditas dalam mata uang lainnya kurang menarik bagi para investor.

Dolar AS naik pada akhir perdagangan Senin (11/2). Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, menguat 0,44% menjadi 97,0608 pada pukul 15.00 waktu setempat. (RA)