NEW YORK- Harga minyak mentah jatuh lagi pada akhir perdagangan Kamis  atau Jumat (30/10) pagi WIB), menyentuh level terendah lima bulan dan memperpanjang penurunan tajam hari sebelumnya karena penguncian baru Virus Corona dapat berdampak pada permintaan minyak.

Reuters melaporkan harga minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan Desember ditutup lebih rendah pada US$37,65 per barel, turun US$1,47 atau 3,76%. Selama sesi, kontrak diperdagangkan serendah US$36,64, terendah dalam lima bulan. Kontrak Januari yang lebih aktif kehilangan empat persen menjadi US$38,11 per barel.

Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) menetap pada US$36,17 per barel, terpangkas US$1,22 atau 3,26%. Kontrak tersebut menyentuh level terendah sejak pertengahan Juni di US$34,92.

Kedua kontrak jatuh lebih dari lima persen pada Rabu (28/10).

“Para investor bereaksi terhadap kasus COVID yang melonjak – mereka bereaksi terhadap jumlah kasus baru,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger, di New York. Pasar berada di bawah tekanan tambahan tentang kekhawatiran permintaan, karena tambahan stimulus ekonomi AS belum datang, kata Yawger.

Dengan kasus COVID-19 yang melonjak di seluruh Eropa, Prancis akan mewajibkan orang-orang tinggal di rumah kecuali aktivitas penting mulai Jumat waktu setempat, sementara Jerman akan menutup bar, restoran, dan teater mulai 2 November hingga akhir bulan.

“Karena penguncian mulai menggigit kekhawatiran permintaan di seluruh Eropa, prospek jangka pendek untuk minyak mentah mulai memburuk,” kata Kepala Strategi Pasar Global Axi, Stephen Innes.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan memantau prospek permintaan yang memburuk dengan cermat serta meningkatnya pasokan dari anggota OPEC Libya.

OPEC dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, berencana mengurangi pengurangan produksi pada Januari 2021 dari 7,7 juta barel per hari (bph) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari.

“[Kami] percaya bahwa produksi minyak tidak akan meningkat mulai Januari,” kata analis di Commerzbank Research. “Sebaliknya, OPEC dan sekutunya (OPEC+) benar-benar perlu menerapkan pengurangan produksi lebih lanjut, mengingat prospek permintaan yang lemah.”

Libya saat ini memproduksi 680.000 barel per hari dan mengharapkan produksi meningkat menjadi satu juta barel per hari dalam beberapa minggu mendatang, kata sumber minyak Libya.

OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 30 November dan 1 Desember untuk menetapkan kebijakan.

Minyak awalnya rebound sedikit dari kerugian semalam di perdagangan pagi Asia karena dukungan teknikal dan prospek pasokan jangka pendek yang lebih ketat akibat Badai Zeta menghantam Louisiana.

Tetapi badai diperkirakan akan melemah pada Kamis pagi (29/10) di Amerika Serikat dan kembalinya produksi AS akan menambah kelebihan pasokan yang ada. (RA)