Pengangkutan batu bara untuk tujuan ekspor.

JAKARTA – Harga batu bara acuan (HBA) melanjutkan tren positif pada bulan lalu, bahkan kembali tembus US$100 per ton. Data yang dirilis  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) HBA untuk Juli dipatok sebesar US$104,65 per ton.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi dan Kerja Sama Kementerian ESDM, mengatakan pergerakan harga HBA pada Juli 2018 dipengaruhi kondisi pasar energi global yang relatif membaik.

HBA juga terkerek akibat masih tingginya harga minyak dunia dan batu bara di negara lain, khususnya China sebagai konsumen terbesar batu bara dunia.

“Harga batu bara domestik di China mengalami kenaikan. Lalu ada kenaikan permintaan batu bara di Eropa Utara dan China,” kata Agung, Kamis (5/7).

HBA dibentuk dari empat indeks internasional. Keempat indeks penyusun tersebut adalah Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59 dengan masing-masing indeks memiliki bobot 25%.

Agung menambahkan pemerintah memeprediksi peningkatan permintaan batu bara pada Juli dibanding ketersediaan stok batu bara dunia pada Juni 2018.

Hal tersebut dipicu oleh beberapa kondisi misalnya di pasar Australia terjadi ketidakmampuan untuk meningkatkan produksi dengan cepat.

“Lalu ekspor batu bara dari tiga ekportir utama ke Asia cenderung flatt pada periode Januari- Juni 2018,” kata Agung.

Kenaikan harga batu bara berdampak positif bagi penerimaan perusahaan. Hal itu tidak lepas dari kinerja, baik penjualan batu bara nasional maupun domestik maupun ekspor.

Data Kementerian ESDM mencatat realisasi ekspor batu bara mencapai 94,68 juta ton. Untuk penyerapan batu bara sampai dengan Juni untuk domestik (Domestic Market Obligation/DMO) mencapai 53,45 juta ton. Sebagian besar atau sekitar 42,41 ton diserap oleh pembangkit listrik PT PLN (Persero). Sisanya diserap oleh industri lain seperti semen, pupuk, tekstil, kertas dan briket.

Seiring realisasi hingga Juni, target DMO sebesar 90 juta ton diperkirakan bisa tercapai. “Kebutuhan PLTU 2018 sebesar 90 juta ton, jadi sudah 46%. Kami optimis terpenuhi 100%,” tandas Agung.(RI)