JAKARTA – Pembentukan tim persiapan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM, dinilai sangat tepat dan strategis. Kementerian ESDM diketahui terus berupaya menjalankan rencana pengembangan PLTN di Indonesia. Menteri ESDM Arifin Tasrif sudah menerbitkan Keputusan Menteri (Kepmen) berkaitan dengan rencana ini.

Fahmy Radhi, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gajah Mada, mengatakan selain pembentukan tim tersebut, perlu segera direvisi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), yang menempatkan PLTN sebagai alternatif terakhir diubah menjadi prioritas energi primer pembangkit listrik di Indonesia.

“Negara kepulauan terbesar seperti Indonesia sangat membutuhkan PLTN. Karena PLTN menghasilkan listrik energi bersih yang masif. Indonesia mempunyai urainium, salah satu material PLTN sehingga memungkinkan listrik yang dihasilkan PLTN bisa lebih murah dibanding energi fosil,” katanya, Selasa(18/1).

Selain itu, kata dia, teknologi PLTN terbaru sudah menjamin tingkat keamanan yang tinggi baik untuk pengolahan limbah, maupun keamanan PLTN. Bahkan teknologi PLTN yang dikembangkan Rusia sudah bisa mencapai zero accidents.

Menurut Fahmy, jika didasarkan pada RUEN, maka PLTN tidak sesuai dengan misi Indonesia karena menempatkan PLTN sebagai pilihan terakhir. Agar PLTN sesuai dengan misi Indonesia, maka RUEN harus direvisi dengan menempatkan PLTN sebagai prioritas utama penggunaan energi bersih di Indonesia.

Dia menekankan, apabila RUEN tidak diubah, maka pengembangan PLTN setelah 2040 sudah sangat terlambat untuk mencapai zero carbon 2060.

“Momentum Indonesia dalam presidensi G20 dapat untuk mendesak negara-negara maju mewujudkan bantuan teknologi, finansial dan pengembangan kapasitas sesuai keputusan Paris Agreement dalam mewujudkan PLTN sebagai energi bersih di Indonesia dan negara berkembang lainnya,” ujar Fahmy.(RA)