JAKARTA – Penerimaan negara dari sektor hulu migas tahun ini diperkirakan akan tergerus dalam dan jauh meleset dari target yang sudah dicanangkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memprediksi hingga akhir 2020 penerimaan negara hanya US$5,86 miliar atau 40,5% dari target yang sudah ditetapkan sebesar US$14,46 miliar.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas,  mengatakan ada tiga faktor yang menggerus penerimaan negara dari sektor hulu migas pada tahun ini, yakni penurunan harga minyak yang terjadi sejak awal tahun dan puncaknya pada Maret lalu ketika harga minyak dunia menyentuh US$ 20-an per barel.

Faktor lainnya, pandemi Covid-19 dan adanya penyesuaian harga gas bagi industri dan pembangkit listrik PT PLN (Persero).

“Outlook US$5,86 miliar ini perkiraan sesungguhnya. Dari dampak penurunan harga minyak US$4,95 miliar (berkurang penerimaan),” kata Dwi di DPR, Kamis (18/6).

Besarnya penurunan penerimaan dari pengaruh harga minyak tersebut ditetapkan dengan asumsi harga minyak sebesar US$38 per barel

Selanjutnya pengurangan penerimaan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 mencapai US$ 2,97 miliar. Aturan baru pemerintah tentang kebijakan harga gas untuk industri tertentu dan pembangkit listrik yang maksimal sebesar US$ 6 per MMBTU juga memberi andil mengurangi penerimaan negara dari sektor hulu migas tahun ini sebesar US$ 0,68 miliar.

Proyeksi penerimaan negara dari sektor hulu ini cukup miris karena ternyata cost recovery atau biaya yang harus dikeluarkan negara untuk pengembalian biaya produksi justru lebih besar yakni mencapai US$8,1 miliar dengan asumsi harga rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) sebesar US$38 per barel. “Outlook kami di 2020 sebesar US$8,1 miliar,” kata Dwi.

SKK Migas memproyeksikan pos cost recovery untuk pengembalian produksi sebesar US$5 miliar, kemudian pos terbesar berikutnya adalah depresiasi sebesar US$ 1,9 miliar, diikuti dengan pengembalian biaya eksplorasi dan pengembangan sebesar US$ 1,3 miliar, biaya administrasi sebesar US$ 0,7 miliar serta pembayaran investment credit sebesar US$ 0,2 miliar. Kemudian untuk tahun ini juga tercatat ada unrecovered costs negative yang diperkirakan mencapai US$ 1 miliar. Ini adalah kondisi dimana revenue pada suatu periode tertentu tidak mencukupi untuk mengembalikan biaya operasi periode berjalan dan periode sebelumnya, maka pengembaliannya akan di carry over ke periode berikutnya.(RI)

 

DISCLAMER : Judul Berita Ini Sebelumnya, “Penerimaan Migas Tahun Ini Hanya US$5,86 Miliar, Pemerintah Bakal Nombok US$2,5 Miliar untuk Bayar Cost Recovery.”