JAKARTA – Hasil pemilihan umum, terutama pemilihan presiden diprediksi tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap sektor energi. Iklim investasi sektor minyak dan gas bumi (migas) yang dinilai stagnan dalam lima tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo juga tidak terpengaruh.

Andrew Harwood, Direktur Riset Wood Mackenzie, mengatakan hasil pemilu tidak akan berdampak apapun untuk meningkatkan iklim investasi. Beberapa upaya yang sempat dilakukan pemerintah untuk menggairahkan iklim investasi migas yang loyo sejak harga minyak anjlok pada 2012 ternyata tidak memberikan hasil yang diinginkan.

“Upaya terbaru untuk meningkatkan investasi mungkin sedikit terlambat, karena banyak operator besar telah keluar atau mengurangi ambisi mereka di Indonesia,” kata Andrew,  Selasa (16/4).

Kondisi tersebut diperparah dengan kelanjutan beberapa proyek migas besar yang terlihat jelas tidak mengalami progress atau kemajuan berarti, seperti proyek gas Masela dan transisi Blok Rokan yang tidak kunjung terjadi.

“Kemajuan yang lambat dalam proyek-proyek kepentingan strategis nasional, seperti transfer production sharing contract (PSC) Rokan dan persetujuan pengembangan Abadi (Blok Masela), juga memberikan sinyal beragam bagi investor.,” ungkap Andrew dalam keterangan tertulisnya.

Salah satu faktor lain tidak tumbuhnya gairah investasi juga dikarenakan belum adanya tanda-tanda dilanjutkan dan ada upaya diselesaikan revisi Undang-Undang Migas.

Satu hal menarik adalah posisi PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan migas nasional terbesar di Indonesia yang masih akan memainkan peranan penting dengan mendapatkan prioritas mengelola blok migas yang telah memasuki masa habis kontrak.

Selain migas sektor energi lainnya juga diperkirakan tidak akan mendapatkan perhatian khusus siapapun para pemangku kekuasaan yang memenangkan pemilu nantinya.

Misalnya saja batu bara yang tetap menjadi prioritas bahan baku listrik dibanding bauran energi lainnya seperti gas maupun energi baru terbarukan. Padahal untuk satu nama terakhir terus didorong oleh pemerintah tapi perkembangnnya juga masih jauh dari harapan.

Sementara itu, masih dalam laporan Wood Mackenzie, Hugo Brennan analis politik senior Verisk Maplecroft mengatakan Pemerintah Indonesia akan memperlakukan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) sebagai holding BUMN tambang untuk didorong menjadi pemain global. Kebijakan divestasi seperti yang diberlakukan terhadap PT Feeport Indonesia juga dipastikan jadi model negosiasi.

“Semua mata akan tertuju pada bagaimana Freeport McMoRan mengoperasikan tambang tembaga Grasberg sekarang karena hanya memegang saham minoritas,” kata Hugo.(RI)