JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN (Persero) akhirnya secara resmi menetapkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2019-2028.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, mengatakan salah satu poin pokok  dalam RUPTL terbaru kali ini adalah porsi penambahan pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang diproyeksikan lebih banyak dibanding perencanaan dalam RUPTL tahun lalu.

“Yang perlu dilihat RUPTL tahun lalu, tambahan pembangkit listrik EBT 14,9 Gigawatt (GW) menjjadi 16,7 GW.  Jadi naik sekitar 1,8 GW,” kata Jonan dalam konferensi pers di Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (20/2).

Untuk penambahan infrastruktur ketenagalistrikan yang direncanakan dibangun hingga 2028 untuk pembangkit sebesar 56.395 Megawatt (MW), target tersebut meningkat sedikit dibanding target penyediaan dalam RUPTL sebelumnya yaitu sebesar 56.024 MW.

Untuk jaringan transmisi sepanjang 57.293 kms, menurun dibandingkan RUPTL sebelumnya 63.855 kms. Penyediaan gardu induk sebesar juga turun dari RUPTL tahun lalu sebanyak 151.424 MVA menjadi 124.341 MVA.

Lalu penurunan juga dialami pada penyediaan jaringan dan gardu distribusi. Untuk jaringan distribusi ditargetkan sepanjang 472.795 kms, menurun dibandingkan target dalam RUPTL sebelumnya yaitu 526.390 kms dan gardu distribusi sebesar 33.730 MVA turun dari target sebelumnya yaitu 50.216 MVA.

Menurut Jonan, khusus untuk pembangkit tenaga listrik, beberapa proyek mengalami perubahan lingkup atau kapasitas, dan pergeseran tanggal operasi komersial atau Commercial Operation Date (COD). “Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan pertumbuhan listrik,” ungkapnya.

Sementara untuk asumsi pertumbuhan listrik sendiri lebih rendah dibanding asumsi pertumbuhan RUPTL tahun lalu. “Proyeksi pertumbuhan kebutuhan listriknya kami asumsikan antara 6% – 7%, tapi lebih tepatnya 6,42%,” kata Jonan.

Asumsi tersebut sebenarnya juga lebih rendah dibanding proyeksi pertumbuhan konsumsi pada RUPTL sebelumnya yang mencapai 6,86%.(RI)