JAKARTA – Pemanfaatan tenaga nuklir sebagai energi baru dinilai penting untuk dipertimbangkan dari last option (pilihan terakhir) menjadi viable. Satya Yudha, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan Indonesia harus melihat strategi pengembangan energi nuklir di kawasan ASEAN.

“Kita tidak ingin terjebak dengan last option sehingga sulit untuk mengimbangi negara tetangga,” kata Satya, kepada Dunia Energi, Rabu (27/12).

Saat ini Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) tetap melakukan kajian opsi nuklir sekaligus  mensosialisasikan kelebihan dan risiko pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). BATAN fokus pada upaya pengembangan Reaktor Daya Eksperimental (RDE), yang telah digagas sejak 2015. Kini , RDE telah mencapai babak baru dengan diselesaikannya dokumen Basic Engineering Design (BED).

RDE merupakan reaktor riset yang digadang dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas 10MWt atau sekitar 3 MWe. RDE nantinya akan dijadikan sebagai percontohan bagi seluruh masyarakat bahwa bangsa Indonesia mampu membangun dan mengoperasikan reaktor dengan aman dan selamat.

Dengan diluncurkannya dokumen Basic Engineering Design semakin mempertegas bahwa bangsa Indonesia mampu menyusun desain RDE sebagai cikal bakal reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

“Apabila (energi nuklir) diubah dari last option menjadi viable option, bukan berarti kita langsung mengembangkan tetapi lebih sebagai strategi energi regional. Mungkin kita harus bahas mengenai buangan limbah nuklir antar negara tetangga,” kata Satya.(RA)