LABUAN BAJO – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT Pertamina (Persero) berbenah meningkatkan infrastruktur BBM di wilayah Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, meminta jajaran Pertamina untuk meningkatkan keandalan infrastruktur BBM di wilayah Labuan Bajo yang dipersiapkan menjadi salah satu destinasi wisata super prioritas.

“Ke depan kita antisipasi daerah ini akan ada banyak kunjungan kebutuhan BBM avtur pasti meningkat. Sarana avtur ini kita minta Pertamina melengkapi peralatan safetynya masih terlalu sederhana soalnya,” kata Arifin ditemui saat meninjau infrastruktur BBM di wilayah Labuan Bajo, Jumat (24/6).

Selain meningkatkan keandalan, Pertamina juga harus bisa meningkatkan efisiensi dalam penyaluran bahan bakar. Caranya adalah dengan menata kembali pola distribusi.

Peningkatan efisiensi melalui pola distribusi menurut Arifin menjadi cara untuk bisa menekan biaya dalam penyaluran BBM. Hal itu penting terlebih dengan kondisi harga minyak dunia sekarang yang tinggi dan diperkirakan akan bertahan dalam waktu yang lama.

“Kita minta memperbaiki logistik supaya hemat dan efisien karena sekarang harga minyak diatas US$100an per barel – US$120 per barel sebabkan biaya tinggi,” ungkap Arifin.

Khusus pelayanan nelayan, Arifin mengungkapkan adanya beberapa kebutuhan BBM yang belum terpenuhi. “Itu sudah ada meknismenya, Pak Gubenur NTT akan bantu menyelesaikan, semoga secepatnya keluar rekomendasi yang permanen,” urainya saat mendapatkan laporan dari Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNCI) Blasisus Janu di SPBUN 59.86501 Tempat Pelelangan Ikan Labuan Bajo.

Pemerintah pun merespon dengan baik adanya laporan tersebut. Bagi Arifin, kebutuhan BBM bagi masyarakat harus diprioritaskan. Untuk itu, pemerintah akan mempertimbangkan menambah alokasi BBM. “Kalau nelayan membutuhkan, pemerintah harus merespon. Cuma ada aturannya, mekanisme pemberiannya gimana, misalnya untuk nelayan yang kapalnya 3 gross tonnage (GT),” tegasnya.

Kendati begitu, Menteri ESDM mengapresiasi kinerja pengawasan yang ketat atas pendistribusian BBM baik subsidi maupun non-subsidi di Nusa Tenggara Timur. Tak hanya itu, realisasi dari alokasi pendistribusian BBM subsidi di Nusa Tenggara Timur mencapai 44% hingga 19 Juni 2022. “Penyaluran cukup bagus. Masyarakat cukup tertib. Kita berharap khususnya daerah perbatasan nanti diawasi,” tutup Arifin.

Berdasarkan data PT Pertamina (Persero), hingga 20 Juni 2022, realisasi BBM jenis Pertalite di Nusa Tenggara Timur mencapai 152.829 kilo liter, sementara realisasi BBM jenis Solar mencapai 65.646 KL. (RI)