JAKARTA – Pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignatius  Jonan,  bahwa Pengembangan  Sumber  Daya  Manusia  (PSDM) ESDM akan  membangun  lima  kampus mulai  tahun  depan dinilai karena sudah lama tidak mengembangkan SDM di pertambangan, mendapat reaksi dari sejumlah kalangan.

Budi Santoso, Direktur Center for Indonesian Resources Strategic Studies (CIRUSS) dan anggota Komite Bersama KCMI-IAGI-PERHAPI, mengatakan rencana Kementerian ESDM  yang  akan  membangun lima  kampus  untuk  PPSDM  tahun depan,  adalah mengulang kegagalan masa  lalu. Pemerintah sebelumnya pernah  mendirikan pendidikan  khusus  yang  akhirnya ditutup.

“Sebaiknya  dana  yang  tersedia dipergunakan  untuk merevitalisasi  prodi‐prodi pertambangan  dan  geologi  yang  sudah  ada dan  bekerjasama  dengan  asosiasi  profesi  yang  ada,” kata Budi, Selasa (24/9).

Menurut Budi, carut  marut  kebijakan  di lingkungan  ESDM bukan dipicu sumber daya manusia (SDM)  tetapi masalah manajemen yang  tidak punya visi dan menempatkan orang yang salah.

Dia menjelaskan, industri  pertambangan  dan  pendidikan  pertambangan di  Indonesia sudah puluhan  tahun dan  sekarang  sudah banyak  perguruan  tinggi  dan  diploma  yang  membuka  jurusan  teknik pertambangan  dan  geologi.  Secara  individu,  banyak  tenaga  ahli  Indonesia  yang  memiliki kualifikasi yang  setara  secara internasional. Perusahaan-perusahaan besar  pertambangan dan energi di Indonesia  sudah  banyak  yang  ditangani   tenaga  ahli  nasional dan  juga  tenaga  ahli Indonesia banyak yang menjadi konsultan diluar negeri seperti Australia, Kanada dan Amerika.

Saat  ini, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI)  dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)  sudah  membuat  kode  Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI) untuk  estimasi  sumber daya  dan cadangan  yang  setara  dengan  negara‐negara  maju  lainnya. KCMI  sudah  menjadi anggota  CRIRSCO  yang  artinya, tenaga  ahli  pertambangan  dan  geologi  Indonesia setara  dengan  tenaga  ahli  di  11  negara  anggota  CRIRSCO  tersebut  yakni Australia, Brazil, Kanada, Chile, Kolombia, Eropa, India, Indonesia, Kazakhstan, Mongolia, Rusia, Afrika Selatan, Turki, Amerika Serikat.

Budi menjelaskan, dalam industri pertambangan tidak hanya dituntut kompetensi ilmu, pengetahuan, teknologi  dan  ketrampilan tetapi  juga  integritas  (etika)  karena  rawan  terhadap penyalahgunaan. Industri tambang tidak hanya masalah manajemen tetapi memerlukan komitmen jangka panjang dan konsistensi,  karena  menemukan  sumber daya  dan  cadangan  mineral  ibaratnya  mencari jarum dalam jerami dan memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit.

“Tenaga  ahli  pertambangan  dan  geologi  tidak  sekedar  orang yang  hanya  bisa  menggali  dan  menjual,  tetapi  juga  dapat  menemukan  dan  menjadikan manfaat ekonomi,” tandas Budi.(RA)