JAKARTA – Inisiatif penggunaan kompor listrik sebagai pengganti LPG 3kg terus didorong oleh pemerintah, bahkan jutaan kompor listrik induksi siap untuk menggantikan LPG. Hanya saja bagaimana dengan kemampuan pengadaan kompor si tanah air?

Pemerintah menyatakan pada dasarnya industri mampu memasok kebutuhan kompor listrik hanya memang secara bertahap.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan opsi impor kompor listrik dimungkinkan industri di dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan program konversi LPG dalam waktu dekat.

“Kalau harus (impor dulu) demikian kenapa enggak,” kata Arifin ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (23/9).

Menurut dia dengan tingginya permintaan kompor induksi di dalam negeri impor bisa saja tidak akan lama karena industri dalam negeri pasti akan berlomba untuk memenuhi kebutuhan.

PT PLN (Persero) sebelumnya menargetkan pengadaan kompor induksi pada tahun ini bisa mencapai 300 ribu unit. Hal tersebut sejalan dengan rencana perusahaan yang mendorong  program konversi LPG ke Kompor Induksi sebanyak 15,3 juta pelanggan.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, mengungkapkan tahun ini ada uji klinis yang menyasar 300.000 pelanggan PLN. Selanjutnya PLN ditugaskan untuk mengganti LPG 3 kg dengan kompor listrik 5 juta pelanggan setiap tahun hingga tahun 2025.

“Ini ditugaskan ke PLN. Tahun 2023, 2024 dan tahun 2025, ditambah 5 juta per tahunnya jadi program pemerintah ,” kata Darmawan saat rapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (14/9).

Dengan jumlah sebanyak itu maka nilai impor LPG yang bisa ditekan setiap tahunnnya juga cukup besar yakni sekitar Rp 5,5 triliun.

“Untuk program konversi tahun 2022 selama 1 tahun akan ada proyeksi saving APBN sebesar Rp330 miliar per tahun, kemudian 2023 Rp5 juta KPM ini akan ada proyeksi saving APBN yaitu sekitar 5,5 T per tahun,” ujar Darmawan. (RI)