JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkoordinasi dengan instansi terkait guna mendorong penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi, terutama kendaraan besar seperti truk dan bus.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian ESDM, menjelaskan untuk mendorong penggunaan gas tersebut koordinasi telah dilakukan dengan kementerian dan lembaga terkait.

“Kami berkoordinasi dengan berbagai kementerian seperti Perindustrian, Tenaga Kerja dan Perhubungan. Dalam BBG ini, Ditjen Migas berperan menyiapkan pasokan. Ada juga bagian (fungsi) lain dari Kemenperin, Kemenhub dan Kemenaker,” ungkap Tutuka, di Jakarta, Senin (24/1).

Pemerintah, kata Tutuka, mendorong agar kendaraan-kendaraan besar seperti truk dan bus dapat menggunakan BBG mengingat  kendaraan-kendaraan kecil secara bertahap mulai beralih ke mobil listrik. Energi listrik dirasakan kurang cocok untuk kendaraan berukuran besar.

“Ke depan, kami  menyadari mobil (berbahan bakar minyak) akan beralih ke listrik dan itu sangat tepat. Tapi belum tentu untuk kendaraan-kendaraan besar karena membutuhkan baterai yang besar. Jadi, kami menawarkan bahan bakar dengan harga yang murah,” jelas Tutuka.

Menurut dia truk-truk dan bus biasanya melalui jalur atau rute yang rutin. Untuk menjamin ketersediaan pasokan BBG, pemerintah berencana akan membangun SPBG di jalur-jalur yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan tersebut.

Pemerintah dengan dana APBN, sejak tahun 2011 hingga 2016 telah membangun 46 unit SPBG yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota di Indonesia yaitu Kota Palembang, Prabumulih, DKI Jakarta, Bogor, Bekasi, Tengerang Selatan, Depok, Cilegon, Merak, Serang, Kabupaten Subang, Purwakarta, Cirebon, Indramayu, Semarang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, dan Balikpapan. Namun tidak semua SPBG tersebut beroperasi.

Noor Arifin Muhammad, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas,  menjelaskan penghematan penggunaan BBG ini bisa mencapai sekitar 13% dengan asumsi kebutuhan solar untuk satu unit bus sekitar 50 liter per hari dengan harga Rp5.150 per liter. Jika menggunakan BBG biaya per liter setara premium (LSP) seharga Rp4.500.

“Dengan konversi BBM ke BBG juga akan didapatkan emisi kendaraan lebih rendah sehingga menjadi lebih ramah lingkungan,” ujar Arifin. (RI)