JAKARTA – Pemerintah memastikan proyek baterai kendaraan listrik tidak akan hanya digarap konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan mitranya konsorsium yang dipimpin oleh LG asal Korea Selatan. Perusahaan nasional dan daerah, bahkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga akan ikut terlibat dalam proyek baterai kendaraan listrik pertama di tanah air ini.

Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mengatakan Presiden Joko Widodo menginisasi kerja sama ini dengan pemerintah Korea Selatan agar industri baterai kendaraan listrik bisa terbangun di tanah air. Lebih lanjut Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) jadi syarat wajib yang harus dipenuhi oleh pabrik baterai kendaraan listrik nanti.

“Dalam komitmen kami, TKDN nggak bisa ditawar. Negara tidak bisa diatur pengusaha, tapi negara juga tidak boleh semena-mena. Maka disepakati TKDN jadi prioritas,” kata Bahlil dalam konferensi pers virtual, Rabu (30/12).

Untuk itu nantinya tenaga kerja asal Indonesia akan digunakan sebanyak-banyaknya dalam pembangunan dan operasional pabrik nantinya.

“Semuanya di Indonesia, pakai di Indonesia kecuali level teknisi dan manager yang belum ada di Indonesia,” ungkap dia.

Digandengnya LG dalam proyek prestisius ini menurut Bahlil jadi langkah tepat lantaran perusahaan asal negeri gingseng itu termasuk perusahaan yang punya komitmen besar untuk mendukung hilirisasi sumber daya alam Indonesia.

Selain itu dari sisi pengalaman teknologi baterai kendaran listrk LG menurut Bahlil memiliki pengalaman mumpuni sehingga nantinya perusahaan nasional bisa ikut berkembang dalam industri baterai kendaraan listrik masa depan.

Jika sudah terbangun pabrik baterai kendaraan listrik itu juga akan langsung berikan pemasukan yang besar bagi negara.

“LG saya pikir pemain besar dunia mereka punya pasar, teknologi, tapi Indonesia pnya sumber dayanya. Jadi kalau ini dipadukan akan besar manfaatnya. Bakal ciptakan lapangan kerja, negara dapat pajak, banyak efek ganda,” tegas Bahlil.

Kesepakatan yang terjalin antara konsorsium BUMN yang dipimpin oleh Mineral Industry Indonesia (MIND ID) dengan konsorsium LG diinisasi oleh pemerintahan kedua negara.

Sebagian proyek nantinya akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. Kawasan industri seluas 4.300 ha ini merupakan percontohan kerja sama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan yang kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja.

Rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat akan segera memulai tahap produksi.

Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045. Hilirisasi pertambangan adalah salah satu wujud transformasi tersebut.

“Indonesia akan naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik, dimana baterai memegang peranan kunci, bisa mencapai 40% dari total biaya untuk membuat sebuah kendaraan listrik,” kata Bahlil.(RI)