JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian terkait diminta segera membahas mengenai pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Bob Sulaeman Effendi, Chief Representative Thorcon International Pte Ltd, mengatakan sudah saatnya Indonesia merealisasikan pembangunan PLTN demi memperkuat ketahanan energi karena tidak ada regulasi yang melarang pembangunan PLTN.

“Kementerian ESDM haru membahas hal ini dengan Kementrian Koordinator yang mengurus soal energi, yaitu Kemenko Maritim dan melihat apakah ada proposal kongkrit yang dapat di angkat ke rapat kabinet terbatas. Karena narasinya adalah untuk industri, PLTN tersebut harus murah dan tentunya tidak memakai APBN, alias IPP. Wamen ESDM sudah sering mengungkapkan bahwa PLTN harus di bawah US$7 sen per kwh harga IPP-nya,” kata Bob kepada Dunia Energi, di Jakarta, Jumat (16/8).

Sebelumnya, Oesman Sapta Odang, Ketua Dewan Perwakilan Daerah, mengatakan kedaulatan energi harus terus diupayakan. PLTN diyakini dapat memperkuat ketahanan energi dan menarik minat investasi dengan menyediakan pasokan listrik yang handal.

“Nuklir merupakan sumber energi baru dan terbarukan, yang tidak hanya memberi manfaat bagi masyarakat dan industri, melainkan juga untuk peluang investasi jangka panjang. Kenaikan harga minyak telah menyadarkan kita, tentang perlunya mengembangkan energi alternatif, dalam hal ini pembangunan pembangkit tenaga nuklir,” kata Oesman, dalam pidato Sidang Bersama DPD-DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8).

Oesman menegaskan, DPD mendukung pembangunan PLTN di Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, dan Kabupaten/Kota lain di Indonesia. Hal ini sesuai dengan hasil kajian dan riset Tim Penyiapan Pembangunan PLTN dan komersialisasinya, bahwa Kabupaten Bengkayang layak untuk dijadikan percontohan.

“Hasil riset menyatakan 87% masyarakat Provinsi Kalimantan Barat setuju pembangunan PLTN tersebut, guna mendukung industrialisasi dan mensejahterakan masyarakat,” ujarnya.

Pembangunan PLTN juga merupakan langkah strategis yang sejalan dengan upaya pemerintah, dalam melakukan ekspor sumber daya alam dalam bentuk produk setengah jadi atau produk jadi.

“Sebagai contoh, rencana pengembangan bauksit menjadi alumunium di Kalimantan Barat memerlukan energi skala besar, stabil, murah, dan bebas polusi. Hal tersebut hanya akan dapat dipenuhi jika kita membangun energi baru dan terbarukan melalui pembangkit tenaga nuklir dan mengakhiri secara bertahap penggunaan energi fosil,” kata Oesman.

Sebagai informasi, Thorcon International Pte Ltd merupakan Independent Power Producer (IPP) yang telah menyatakan keseriusan kepada pemerintah untuk melakukan investasi sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17 Triliun untuk membangun PLTN di Indonesia.

Thorcon akan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) berkapasitas 500 megawatt (MW) senilai US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 17 triliun. Saat ini telah disepakati kerjasama dengan PT PAL Indonesia (Persero) untuk melakukan kajian pengembangan dan konstruksi reaktor desain Thorcon hingga dapat difabrikasi oleh PT PAL.

Thorium Molten Salt Reactor 500MW (TMSR500) Power Plant yang akan dikembangkan Thorcon memiliki konsep desain modular dengan kapasitas tiap reaktor 250 MWe yang dapat dioperasikan multimode, baik sebagai baseload atau load follow. PLTT dapat menghasilkan listrik bersih yang lebih murah dari batu bara, sehingga dapat menjadi sistem energi andalan menuju ekonomi rendah karbon dan tercapainya target harga jual listrik di bawah BPP nasional, sehingga tarif listrik ke masyarakat dapat turun.

PLTT dengan menggunakan model desain struktur Kapal dengan Panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax ini rencananya akan di bangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan, yang merupakan galangan kapal nomor 2 terbesar di dunia.

PLTT pertama di targetkan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 10%. “Selama lebih dari 30 tahun narasi tentang PLTN walau di butuhkan dan tidak ada regulasi yang melarang, tapi dibahas secara diam-diam. Semoga Indonesia benar-benar bisa menjadi negara dengan industri nuklir yang handal,” tandas Bob. (RA)