JAKARTA – Pengembangan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) atau pengembangan migas laut dalam masih belum mengalami kemajuan berarti. Padahal beberapa waktu lalu telah dilakukan final checking atau pemeriksaan terakhir oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengenai revisi rencana pengembangan (Plan of Development/PoD).

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan biaya pengembangan masih menjadi poin utama yang sampai sekarang masih didiskusikan oleh pemerintah dan PT Chevron Pacific Indonesia selaku operator proyek.”SKK Migas lagi diskusikan perspektif (biaya) dengan Chevron,” kata Arcandra, Rabu malam (27/2).

Menurut Arcandra, penetapan biaya harus dikalkulasikan secara cermat karena akan langsung berhubungan dengan keuangan negara, lantaran proyek IDD sekarang masih menggunakan skema kontrak cost recovery. “Iya lah kan (harus dihitung) cost recovery kita yang bayar,” tegas Arcandra.Selain biaya, poin lainnya yang sedang dibahas adalah masalah perpanjangan kontrak Chevron di proyek IDD yang sebenarnya baru berakhir pada medio 2027 – 2028 mendatang. Meskipun masih ada waktu sekitar sembilan tahun lagi, tapi perpanjangan kontrak sudah dibahas karena akan sangat mempengaruhi keekonomian proyek.

Arcandra mengatakan, meskipun saat ini proyek tersebut masih menggunakan skema kontrak cost recovery, tidak tertutup kemungkinan pihak Chevron mau merubahnya menjadi skema gross split dikontrak yang baru nanti. “Ini kan lagi dinegosiasi, gross split setelah 2018,” ungkap Arcandra.

Dua poin utama, yakni biaya dan perpanjangan kontrak adalah kunci dari kelanjutan proyek IDD. Regulasi yang ada mengatur perpanjangan kontrak boleh 10 tahun sebelum kontrak berakhir.“Ini lagi dinegosiasikan. Satu bagian nanti keluar keputusan revisi PoD dan perpanjangan kontrak,” tegas Arcandra.

Dua lapangan yang menjadi proyek IDD nantinya adalah Gendalo-Gehem. Pemerintah sendiri menargetkan percepatan produksi migas di proyek IDD yakni pada 2023.Arcandra mengatakan meskipun masih dalam pembahasan biaya dan perpanjangan kontrak, pembahasan diyakini akan rampung pada tahun ini. “Kan kuartal I targetnya, sekarang baru bulan apa,” ungkapnya.

Chevron, sebagai operator, menguasao 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu Eni, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau.Tahap pertama proyek IDD, Lapangan Bangka telah berproduksi sejak Agustus 2016 dan menghasilkan delapan kargo gas alam cair (LNG) yang dikapalkan dari Terminal LNG Bontang, Kalimantan Timur.(RI)