JAKARTA – Saat ini dunia menghadapi dua ancaman besar, yaitu pandemi Covid-19 dan perubahan iklim. Di tengah fokus pada pandemi Covid-19, harus tetap menaruh perhatian besar juga pada ancaman perubahan iklim. Semangat dan upaya melawan perubahan iklim harus sama besarnya dengan upaya melawan Covid-19.

Perubahan iklim dipicu oleh peningkatan emisi karbon di bumi. Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Paris Agrement pada 2015 telah menyepakati perlunya pembangunan berkelanjutan dengan salah satunya mengadopsi kebijakan transisi energi (energy transition policy).

Kebijakan tersebut meminta negara-negara secara bertahap untuk mentransformasi energinya dengan mengurangi dan meninggalkan energi fosil menuju penggunaan energi terbarukan yang nirkarbon dan lebih ramah lingkungan. Tujuannya, agar kenaikan suhu bumi tidak melewati 20C pada 2030 untuk mencegah dampak perubahan iklim.

“Subsektor EBTKE memegang peranan penting bagi tercapainya target NDC (Nationality Determined Contribution) sebesar 314 juta ton CO2e pada 2030. Saat ini subsektor EBTKE melalui pemanfaatan EBT dan penerapan efisiensi energi telah berhasil menyumbang sekitar 73% (47,2 juta ton CO2e),” ungkap Luh Nyoman Puspa Dewi, Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dalam acara Webinar Nasional dengan tema “Lindungi Bumi dengan Energi Terbarukan”, Rabu (7/4).

Wimar Witoelar, Pendiri Yayasan Perspektif Baru, mengatakan bahwa dalam dua tahun terakhir dampak perubahan iklim global mulai menjadi kenyataan. Terbukti dari makin sering terjadi fenomena cuaca ekstrem sebagai salah satu dampaknya. Saat ini masyarakat Indonesia menghadapi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrim hujan basah yang panjang.

“Sejumlah daerah termasuk Jawa Barat menghadapi bencana banjir, tanah longsor, air bandang, angin kencang, pohon tumbang, dan cuaca ekstrim,” katanya.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), mengatakan peralihan (transisi) dari energi fosil yang banyak menghasilkan karbon ke energi terbarukan yang lebih bersih sangat penting untuk upaya mitigasi perubahan iklim.

Potensi energi terbarukan di Indonesia total mencapai 417,8 Gigawatt (GW) dari arus laut, panas bumi, bioenergi, bayu, surya, dan air. Namun sayangnya, saat ini kita baru memanfaatkan energi terbarukan sebesar 10,4 GW (2,5%).

Dari sisi energi terbarukan, Jawa Barat merupakan provinsi dengan potensi sumber daya energi panas bumi terbesar di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), total sumber daya panas bumi di Jabar sebesar 5.411 MW. Total sumber daya ini hampir 40% dari total sumber daya nasional. PLTA di Indonesia juga memiliki potensi yang besar. PLTA Kayan di Kalimantan Utara sebagai contoh memiliki kapasitas 9.000 MW.

“PLTA Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, berkapasitas 510 MW akan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton per tahun atau setara dengan kemampuan 12 juta pohon menyerap karbon,” kata Wimar Witoelar, Pakar Komunikasi Hijau.

Ida Widianingsih, Wakil Dekan FISIP bidang Pembelajaran, Kemahasiswaan, dan Riset Universitas Padjadjaran (Unpad), dalam upaya melawan perubahan iklim, generasi muda seperti mahasiswa harus menjadi aktor utama karena mereka yang akan paling merasakan dampak perubahan iklim di masa depan.

“Mereka juga merupakan calon pemimpin masa depan yang juga berfungsi sebagai agen perubahan. Pemahaman mereka akan masalah perubahan iklim sangat krusial bagi masa depan Indonesia,” kata Ida.

Ida menekankan upaya penting yang dapat dilakukan mahasiswa adalah mulai beralih kepada gaya hidup rendah karbon, seperti menggunakan dan mengembangkan energi terbarukan. Apalagi Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang sangat melimpah.

Puspa Dewi mengatakan Indonesia akan memanfaatkan momentum global untuk mempercepat pengembangan EBT demi memenuhi target nasional.

“Potensi energi terbarukan Indonesia yang besar dapat bermanfaat untuk memperbaiki ekonomi masyarakat yang terdampak oleh pandemi dan mewariskan energi yang ramah lingkungan bagi generasi mendatang,” kata dia.(RA)