JAKARTA – Energi panas bumi diyakini akan menjadi pondasi yang kuat bagi Indonesia untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi. Riki Firmandha Ibrahim, Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero), mengatakan pandemi Covid-19 mendorong transformasi energi Indonesia ke arah yang berkelanjutan dan minim terhadap dampak gas rumah kaca (CO2).

“Dana dari Asian Development Bank (ADB) sebesar US$300 juta untuk pembangunan proyek PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Dieng Unit 2 di Jawa Tengah dan Patuha Unit 2, Jawa Barat, telah disetujui di tengah pandemi Covid-19. Ini merupakan gambaran nyata kepercayaan kepada Indonesia untuk mendorong pembangunan energi terbarukan dan industri saat ini,” kata Riki, Jumat (10/7).

Riki mengatakan proyek energi terbarukan panas bumi merupakan sebuah investasi berkelanjutan yang sangat strategis. Sifatnya yang sustainable (berkelanjutan) menjadi kunci mengapa energi ini dapat menopang pemulihan ekonomi Indonesia.

“Energi panas bumi mampu membawa pemulihan ekonomi negeri bahkan meningkatkan ekonomi lebih baik karena berpotensi untuk menghadirkan pabrikan-pabrikan turbin berteknologi tinggi serta menciptakan banyak SDM di bidang lingkungan, teknik sipil, mesin, listrik dan geothermal, sehingga dikatakan menjadi center of excellence bagi Indonesia,” kata Riki.

Menurut Riki, pandemi Covid-19 dapat menjadi momentum baik bagi Indonesia untuk melakukan transformasi energi kepada energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan seperti panas bumi. Menurut data terbaru dari Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), Sejak tahun 2012 energi terbarukan tumbuh secara eksponensial. Pada penelitian yang berbeda, Shell dalam laporan Sky Scenario-nya (2018), menggambarkan permintaan energi berbasis fosil akan mencapai puncaknya di tahun 2025-2030.

Pada saat itu, Indonesia masuk menjadi empat negara besar yang ditopang dengan anugerah energi terbarukan panas bumi mendominasi permintaan energi listrik dalam negeri, sedangkan energi fosil dialihkan manfaatnya yang lebih penting lagi untuk kebutuhan sandang, obat-obatan, bahan kimia dan lainnya.

Riki mengatakan, pada 2023-2024 Proyek Dieng 2 dan Patuha 2 direncanakan akan mencapai Commercial Operation Date (COD), dengan misi penugasan lainnya yakni menjalankan Government Drilling untuk mengurangi risiko investasi eksplorasi panas bumi. Kebijakan ini akan meningkatkan kepercayaan swasta/investor di sektor panas bumi Indonesia.

Menurut Riki, kedua penugasan tersebut menunjukkan bagaimana pemerintah saat ini memiliki visi agar Indonesia tidak kehilangan kesempatan dalam perubahan arah energi dunia. “Ini peluang kita untuk bergerak maju dengan pondasi energi terbarukan menuju ekonomi rendah karbon. Jangan sampai kehilangan momentum dan tertinggal dengan negara lain,” ujar Riki.

Riki menekankan bahwa perubahan status Indonesia sebagai Upper Middle Income Country tidak hanya sebuah pencapaian, tetapi juga menambah tanggung jawab kita untuk pembangunan pembangkit listrik di luar Jawa-Bali.

“Geo Dipa dibawah komando Kementerian Keuangan sebagai Special Mission Vehicle (SMV), harus nyata dalam mengangkat kepercayaan investor dan mitra swasta, atas pentingnya ketahanan energi nasional menuju ekonomi rendah karbon melalui energi terbarukan panas bumi,” tandas Riki.(RA)