JAKARTA – Hutan rakyat memiliki manfaat sangat besar untuk mitigasi perubahan iklim dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Hal ini terbukti pada program hutan rakyat di Desa Selobanteng, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Pada awalnya, masyarakat Desa Selobanteng yang terletak di sebelah timur kompleks PLTU Paiton, memiliki masalah sumber air terbatas dengan aliran air minimum yang memicu kekeringan panjang, serta kondisi tanah yang buruk, sehingga menyebabkan fungsi hutan untuk menahan air tidak optimal.

Melihat kondisi tersebut, PT Paiton Energy dan PT Paiton Operation & Maintenance Indonesia (POMI) melakukan kegiatan CSR berupa program Desa Konservasi Hutan Rakyat pada 2009, dengan tujuan agar ekosistem Hutan Rakyat Selobanteng menjadi lebih baik dan menumbuhkan ekonomi yang berkelanjutan.

Dari sisi mitigasi perubahan iklim, program Hutan Rakyat Selobanteng yang dimulai pada 2009 telah menurunkan emisi karbon (dekarbonisasi), melalui penyerapan dan penyimpanan karbon.

Pada 2020, diperkirakan karbon yang ditangkap atau diserap oleh Hutan Rakyat Selobanteng adalah 3.853 tonC/Ha. Nilai total sekuestrasi karbon dari program penanaman pohon Jati dan Gmelina tersebut tergolong besar. Jika mengacu pada permodelan karbonnya, dapat diduga usia 7-15 tahun jenis pohon Jati dan Gmelina berada pada posisi tercepat pada pertumbuhannya. Program ini juga meningkatkan daerah resapan air dan mencegah erosi.

Dari sisi ekonomi, program Hutan Rakyat Selobanteng melibatkan 599 petani penerima manfaat, yang juga menjadikan salah satu sumber perekonomian warga Selobanteng, yang dikenal dengan produksi mebel berkualitas.

Selain memanfaatkan kayu untuk mebel, warga Selobanteng juga bisa mendapatkan tambahan modal kerja dari program Kredit Tunda Tebang (KTT). Pada tahun 2017 masyarakat mendapatkan KTT senilai Rp 1.127.960.000 yang diberikan sesuai dengan besaran pencairan pohon yang diagunkan. Adanya KTT tersebut dan ketersediaan bahan baku kayu untuk mebel telah meningkatkan pendapatan masyarakat rata-rata sebesar 20% per bulan. Pada tahun 2019 KTT Tahap 2 diperoleh oleh warga Selobanteng senilai Rp. 1.300.000.000 dengan total 5.300 pohon yang di agunkan.

KTT adalah skema pinjaman Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan (BLU P3H) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk siapa saja dengan mengajukan pohon sebagai jaminan. Diluncurkan pada 2012, pinjaman ini ditujukan untuk membantu masyarakat mengembangkan usahanya dengan mengajukan jaminan pohon. Tujuan pemerintah memberikan program KTT ini adalah untuk mendukung upaya menunda penebangan pohon agar dicapai umur masa tebang optimal, sehingga diperoleh nilai ekonomi dan ekologis yang optimal pula. Estimasi dari 4.926 total pohon yang di agunkan di 2017 dapat berkontribusi menyerap karbon 371.000 tonC/Ha.

Bayu Widyanto, Chief Financial Officer of PT Paiton Energy, mengatakan potensi hutan rakyat sangat besar, baik dari potensi kayu untuk meningkatkan kesejahteraan maupun peran dan kontribusinya untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
“Hutan merupakan komponen utama untuk penyerapan emisi karbon yang menyebabkan perubahan iklim,” katanya, Selasa(30/11).

Menurutnya, program hutan rakyat dipilih karena sudah memiliki areal yang jelas, pemiliknya jelas, jenis yang ditanam juga jenis yang biasa mereka tanam sehari-hari seperti Jati, Gmelina, dan Sengon, batasan areal dan keamanan terjamin karena adanya penduduk desa dan aparat desa yang menjamin. Semua ini meningkatkan potensi kelestarian hutan, sekaligus kesejahteraan masyarakat.

Sejak 2009, perusahaan telah menanam lebih dari 150.000 pohon Jati dan Gmelina. Dengan tingkat kelangsungan hidup 105.077 pohon akan terus-menerus menghasilkan oksigen.

Program tersebut bekerja sama dengan berbagai pihak. Antara lain, monitoring dan evaluasi tahunan bekerja sama dengan FMIPA Universitas Malang dan kelompok tani Desa Selobanteng. Sedangkan monitoring dan evaluasi dilaksanakan setiap lima tahun sekali bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan BKT Kebun Raya Purwodadi.

Bambang Jiwantoro, CFS Manager of PT Paiton Energy – POMI, menambahkan beberapa metode yang digunakan saat monitoring dan evaluasi yaitu metode analisa vegetasi, metode analisis NDVI (indeks vegetasi) berdasarkan citra satelit dan metode RaCSA (The Rapid Carbon Stock Appraisal).

“Untuk menjaga regenerasi hutan, setiap tahun pada periode November – Desember Perusahaan selalu rutin mengadakan penanaman pohon kembali bersama warga Selobanteng. Hal ini sesuai dengan semangat Hari Pohon Sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 November,” ujar Bambang.

Selama ini program Hutan Rakyat SeloBanteng telah memperoleh berbagai penghargaan. Antara lain, pada 2013 Desa Selobanteng meraih juara 3 DESA PEDULI HUTAN tingkat kabupaten. Pada 2016 desa ini juga meraih penghargaan “INDONESIAN GREEN AWARD” untuk kategori mengembangkan keragaman hayati.

Paiton Energy telah melaksanakan program CSR sejak tahun 2000 yang dirancang setiap tahun, dan dipantau oleh Komite Pengembangan Masyarakat. Program dikategorikan dalam tiga fokus yaitu mendukung keberlanjutan perusahaan (pembangkit), keberlanjutan sosial ekonomi, serta keberlanjutan energi dan lingkungan.(RA)