JAKARTA – Mitsubishi Power, anak perusahaan Mitsubishi Heavy Industries (MHI) Group, memulai pengembangan turbin gas kelas 40 megawatt (MW) yang menggunakan bahan bakar 100% amonia (NH3). Proyek ini dimulai sebagai tanggapan atas meningkatnya fokus global pada dekarbonisasi karena pembakaran amonia tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2), pembangkit listrik bebas karbon tercapai.
Ke depan, setelah pembakaran dan pengujian lainnya, Mitsubishi Power menargetkan komersialisasi pada atau sekitar tahun 2025.

“Jika tercapai, ini akan menandai turbin gas komersial pertama di dunia yang menggunakan amonia sebagai bahan bakar secara eksklusif dalam sistem skala ini, dan akan membantu dalam promosi dekarbonisasi pembangkit listrik skala kecil hingga menengah untuk aplikasi industri, di pulau-pulau terpencil,” ungkap Shimon Ikeya, Communications & Government Relations Department Mitsubishi Power, Ltd., Senin(1/3).

Amonia yang merupakan senyawa yang terdiri dari hidrogen dan nitrogen, adalah pembawa hidrogen yang sangat efisien, dan juga dapat langsung dibakar sebagai bahan bakar. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian mulai difokuskan pada amonia dari dua perspektif, yakni mencapai netralitas karbon melalui transisi ke masyarakat hidrogen, dan meminimalkan dampak lingkungan yang disebabkan oleh mode energi yang ada.

Diharapkan bahwa pengenalan awal peralatan pembangkit listrik berbasis amonia di perusahaan listrik dan penyedia listrik independen (Independent Power Producer/IPP) akan mempromosikan penggunaan amonia di masa depan sebagai bahan bakar bebas karbon.
Shimon Ikeya menjelaskan bahwa ke depannya Mitsubishi Power akan bekerja untuk memajukan transisi energi sebagai anggota MHI Group.

Dengan memprioritaskan sumber dayanya untuk memperluas pembangkit listrik turbin gas dan teknologi pembangkit lainnya yang efisien dan ramah lingkungan, perusahaan akan berkontribusi pada pasokan listrik yang stabil, yang sangat diperlukan untuk pembangunan ekonomi global, dan perlindungan lingkungan melalui promosi dekarbonisasi.

Mitsubishi Power bekerja untuk mengurangi dampak lingkungan melalui pengembangan teknologi pembangkit listrik dengan efisiensi tinggi. Hingga saat ini, perusahaan telah mengejar perkembangan teknologi yang memungkinkan adanya transisi dari bahan bakar gas alam yang digunakan dalam sistem siklus gabungan turbin gas (GTCC), yang saat ini mengeluarkan jumlah CO2 terendah di antara sistem pembangkit listrik termal, ke hidrogen, yang tidak mengeluarkan CO2. Bersamaan dengan upaya penggunaan amonia secara aktif, perusahaan juga telah mengembangkan sistem di mana limbah panas dari turbin gas mengubah amonia menjadi hidrogen dan nitrogen untuk digunakan dalam turbin gas hidrogen.

Shimon Ikeya mengatakan bahwa pengembangan metode untuk langsung membakar amonia akan semakin memperluas jajaran sistem pembangkit listrik bebas karbon Mitsubishi Power. Tantangan yang perlu ditangani dengan pembakaran langsung amonia adalah produksi nitrogen oksida (NOx) yang disebabkan oleh oksidasi yang dihasilkan dari pembakaran komponen nitrogen bahan bakar.

“Mitsubishi Power bertujuan untuk menyelesaikan masalah ini melalui komersialisasi sistem turbin gas yang menggabungkan pengurangan katalitik selektif (SCR) dengan ruang bakar yang baru dikembangkan yang mengurangi emisi NOx, untuk pemasangan di turbin gas Seri H-25 (keluaran kelas 40MW) , yang memiliki rekam jejak operasional yang kaya di seluruh dunia,” kata Shimon Ikeya.(RA)