JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero) dan Air Product melakukan pencanangan pembangunan pabrik hilirisasi batu bara menjadi dimethylether (DME) di tambang Bukit Asam Peranap, Riau, Kamis (7/2). Suherman, Corporate Secretary Bukit Asam, mengatakan pencanangan  merupakan kelanjutan dari nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) kerja sama dan Joint Venture Agreement (JVA) terkait hilirisasi batu bara antara Bukit Asam, Pertamina dan Air Products yang ditandatangani pada 7 November 2018 di Allentown, Amerika Serikat.

“Setelah pencanangan, akan dilakukan tahap selanjutnya, yakni studi kelayakan dan final investment decision di kuartal I – II,” kata Suherman kepada Dunia Energi, Jumat (8/2).

Dia mengungkapkan, pada periode kuartal II – III akan dilakukan lelang kontraktor pelaksana FEED dan EPC. Selanjutnya pada kuartal IV akan dimulai FEED dan EPC.

“Pabrik direncanakan COD (commercial operation date/beroperasi komersial) pada kuartal IV 2020,” kata Suherman.

Dalam hal ini ketiga belah pihak sepakat untuk bekerjasama untuk mengubah batu bara berkalori rendah menjadi produk akhir yang memiliki nilai tambah.

Pada pertengahan Januari 2019 lalu, ketiga perusahaan juga telah sepakat untuk mendirikan perusahaan patungan yang bergerak di bidang bisnis pengolahan batu bara dan produk turunannya. Kesepakatan dituangkan dalam Pokok-Pokok Perjanjian Pembentukan Perusahaan Patungan Hilirisasi Mulut Tambang Batubara Bukit Assm Peranap, Riau.

Melalui teknologi gasifikasi, batu bara akan diubah menjadi syngas yang akan akan di proses menjadi produk akhir. Nantinya, Bukit Asam akan menyuplai batu bara dari area tambang Peranap ke perusahaan patungan untuk diolah menjadi produk akhir oleh Pertamina. Sementara itu, optimasi desain teknologi akan dilakukan Air Products and Chemicals Inc.

“Wilayah tambang Bukit Asam di Peranap akan menjadi lokasi gasifikasi batu bara karena memiliki cadangan besar batu bara kalori rendah,” kata Suherman.

Dia menjelaskan, dengan adanya proyek gasifikasi batu bara di Mulut Tambang Peranap ini akan dapat menghidupkan dan mengoptimalisasi sumber daya alam batu bara Peranap untuk ketahanan energi nasional dan kesejahteraan masyarakat. Batu bara kalori rendah yang berasal dari tambang Bukit Asam Peranap, Riau, akan diolah menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi DME. DME inilah yang akan digunakan oleh Pertamina sebagai substitusi LPG.

Adanya DME yang digunakan untuk LPG merupakan salah satu langkah sinergi BUMN dan langkah Pertamina untuk dapat menekan impor LPG. Langkah ini dinilai sebagai langkah strategis secara nasional.

“Rencananya, usaha hilirisasi batu bara di mulut tambang Peranap memiliki kapasitas 1,4 juta ton DME per tahun dengan kebutuhan batu bara sebesar 9,2 juta ton per tahun,” tandas Suherman.(RA)