JAKARTA– PT Elnusa Tbk (ELSA), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu, memproyeksikan pendapatan tahun ini sebesar Rp8 triliun dan laba bersih Rp330 miliar dapat tercapai. Apalagi, nilai pendapatan ini merupakan capaian tertinggi yang diraih perseroan.

“Untuk target tahun depan, kami sangat optimistis akan mampu mencapai pendapatan maupun laba bersih lebih tinggi lagi,” ujar Wahyu Ifran, Head of Corporate Communications Elnusa saat dihubungi Dunia-Energi di Jakarta, Selasa (10/12).

Wahyu mengatakan, untuk mencapai target 2020 ada tiga tantangan yang harus dihadapi perusahaan. Pertama, fluktuasi harga minyak dunia. Walaupun kenaikan harga minyak dunia pada dasarnya tidak serta merta langsung berimbas pada jasa migas Elnusa.

“Namun, kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi gairah eksplorasi maupun produksi bagi KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) sehingga geliat permintaan jasa migasnya akan sangat berpengaruh,” ujarnya.

Kedua, blok terminasi yang didominasi sumur-sumur tua. Peralihan blok-blok terminasi ke Pertamina tentu memberikan keuntungan kepada Elnusa sebagai bagian dari Pertamina Group. Namun, rata-rata blok terminasi didominasi oleh sumur-sumur tua. Produksi migasnya pun terus menurun.

“Tidak mudah untuk merawat sumur-sumur tua ini. Semakin tua, teknologi perawatan yang perlu diberikan, harus semakin advance. Berbagai inovasi kami kembangkan untuk solusi jasa yang lebih baik,” ujarnya.

Ketiga, high risk operation dan gelombang industrialisasi 4.0. “Tuntutan dari klien akan jasa yang lebih baik dan lebih berkualitas, serta lebih kompetitif,” katanya.

Dari sisi belanja modal, Wahyu menyebutkan, pada 2020 diproyeksikan sebesar Rp1 triliun, sama seperti 2019. Belanja modal tahun ini, hingga oktober sudah terealisasi Rp600-an miliar. Penggunaan difokuskan untuk pembelian peralatan maupun aset yang mendukung pertumbuhan, perawatan maupun perbaikan peralatan operasional.

“Salah satu investasi peralatan operasional yang kami lakukan dan mendukung peningkatan kapasitas nasional adalah Ocean Bottom Nodes/ Nodal untuk survei seismik. Selain itu, kami melakukan penjajakan bisnis berbasis aset melalui pembelian depot LPG Amurang, di Sulawesi Utara,” ujarnya.

Adapun belanja modal 2020, menurut Wahyu, penggunaannya masih didominasi oleh pembelian peralatan operasional, pembangunan maupun pembelian aset pengembangan bisnis. “Untuk pengembangan bisnis, salah satu investasi yang rencananya dilakukan adalah pada bisnis pengolahan air,” katanya.

Untuk mencapai target 2020, manajemen Elnusa fokus pada tiga segmen bisnis, yaitu jasa hulu migas, jasa distribusi dan logistik energi, serta jasa penunjang. Fokus strategi ke depan, melanjutkan strategi diversifikasi portofolio. “Kami juga menggenjot segmen jasa distribusi dan logistik energi, serta meningkatkan jasa hulu migas, terutama survei seismik dan EPC&OM,” katanya.

Sementara untuk segmen jasa hulu migas, lanjut Wahyu, strategi yang dijalankan adalah lebih mengoptimalisasi lini bisnis jasa survei seismik, terutama seismik laut. Hal ini juga ditopang dengan upaya-upaya penjajakan seismik multiklien serta overseas.

“Selain itu untuk lini jasa production, operation & maintenance services, upaya peningkatan kinerja tetap dengan menggenjot unit jasa engineering, procurement, construction & operation, maintenance (EPC-OM). Kami juga melakukan berbagai aliansi strategis untuk memperkuat kompetensi dan memperbesar raihan kontrak,” katanya.

Untuk segmen jasa distribusi dan logistik energi, upaya yang dilakukan manajemen Elnusa adalah dengan mengakuisisi beberapa depo maupun menambah jumlah mobil tangki BBM. Untuk akuisisi depo ini sudah diawali sejak 2019. Bukan hanya memberikan jasa, melalui akuisisi ini Elnusa mulai menjajaki peluang-peluang baru dalam pengelolaan depo berbasis aset.

“Penjajakan ini akan kembali diupayakan serta adanya penambahan armada mobil tangki diharapkan dapat lebih mengdongkrakkan kinerja,” katanya.

Untuk segmen jasa penunjang, Wahyu menyebutkan, bisnis jasa fabrikasi maupun telekomunikasi akan mulai ditingkatkan. Sejauh ini, Elnusa telah bisa melakukan fabrikasi peralatan operasional migas seperti Hydraulic Workover Unit, maupun memanfaatkan internet of things dalam beberapa jasanya. “Ke depan, peningkatan kinerja segmen ini akan terus diperkuat,” katanya. (DR)