JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan pemasangan ratusan ribu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di sektor rumah tangga melalui program Energi Surya Nusantara. Program ini sebagai bagian dari strategi mengoptimalkan pemanfaatan energi sinar matahari sekaligus stimulus pemulihan ekonomi (green economy) pasca pandemi Covid-19.

Harris, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, mengungkapkan program ini nantinya akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan rentan miskin atau pelanggan PT PLN (Persero) yang mendapatkan subsidi dari pemerintah.

“Program energi surya masih di dalam diskusi. Konsepnya, mengalihkan subsidi terhadap pelanggan PLN rumah tangga yang bersubsidi lewat pengadaan PLTS,” kata Harris dalam diskusi virtual, baru-baru ini.

Harris mengatakan program energi surya  akan memberikan banyak keuntungan. Salah satunya beban subsidi listrik akan berkurang hingga Rp800 miliar hingga Rp1,3 triliun dengan tarif saat ini.

Selanjutnya, selain mampu menyerap banyak tenaga kerja, program ini akan berkontribusi terhadap target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan turut serta mendorong penurunan emisi gas rumah kaca 1,05 juta ton per gigawatt peak pada nationally determined contributions (NDC) serta menumbuhkan industri hijau.

Energi Surya Nusantara sendiri pertama kali diinisiasi dan dirokomendasikan oleh Institiute for Essential Service Reform (IESR), sebuah lembaga think thank yang aktif melakukan advokasi dan kampanye untuk menjamin tercapainya pemenuhan kebutuhan energi masyarakat.

Adapun strategi yang ditempuh pemerintah antara lain dengan tetap mengembangkan PLTS skala besar, salah satunya bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB). Ini dilakukan dalam rangka menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik.

Selain itu, pemerintah juga mengembangkan PLTS di area lahan bekas tambang sebesar 2.300 MW, dengan rincian Bangka Belitung (1.250 MW), Kutai Barat (1.000 MW), dan Kutai Kartanegara (53 MW).

Untuk PLTS terapung akan dibangun pembangkit dengan kapasitas 857 MW yang tersebar di Jawa Tengah (Waduk Wonogiri, Waduk Mrica di Banjarnegara), Jawa Timur (Waduk Sutami di Karangkates, Waduk Wonorejo di Tulung Agung), Jawa Barat (Waduk Jatiluhur, Waduk Saguling), dan Sumatera Barat (Waduk Singkarak).

Ada pula pengembangan PLTS Cold Storage dengan mengoptimalkan dana APBN bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan di wilayah pesisir atau kluster ekonomi maritim. Terakhir, pengembangan PLTS Hybrid di wilayah 3T khusus Indonesia bagian Timur.

“Energi surya kita dorong secara masif dengan target penambahan kapasitas pembangkit sebesar 2.089,4 Megawatt (MW). Ini waktu tepat untuk mengakselerasi,” tandas Harris.(RA)