JAKARTA – Indonesia merupakan negara yang kaya akan energi terbarukan dengan potensi lebih dari 400.000 Mega Watt (MW). 50% diantaranya atau sekitar 200.000 MW adalah potensi energi surya. Namun demikian, pemanfaatan energi surya saat ini baru sekitar 150 MW atau 0,08% dari total potensi yang ada.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan terpasangnya Pembangkit Listrik Surya (PLTS) Atap sebesar 3.614 MW secara bertahap hingga tahun 2025.

Dadan Kusdiana, Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, menyampaikan pada tahun 2021 kapasitas terpasang PLTS Atap sebesar 48,79 MWp dengan jumlah pelanggan 4.794. Jumlah tersebut masih jauh dari target roadmap pengembangan PLTS Atap 2021 yang sebesar 90MW. Demi menarik minat konsumen dilakukan revisi Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 49 tahun 2018 tentang Penggunaan PLTS Atap.
“Kami terus berupaya mengklarifikasi revisi Permen ESDM 49/2018 menjadi Permen ESDM 26 Tahun 2021. Sampai sekarang Permen masih di klarifikasi bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuangan. Masih kami hold Permen 26/2021 ini,” ujar Dadan, Senin(17/1).

Dia mengungkapkan bahwa melalui kantor Setkab (Sekretariat Kabinet) sedang mengkonfirmasi pengaruhnya kepada sistem yang ada di PT PLN (Persero). Finalisasi Permen 26/2021 tentang PLTS Atap nantinya akan dibahas dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Dadan menjelaskan, beberapa hal yang tengah diklarifikasi terkait pengaturan baru pada Permen ESDM 26/2021 antara lain ketentuan ekspor listrik menjadi 100% (semula 65%) dan perpanjangan penihilan menjadi 6 bulan (semula 3 bulan). Kemudian mengenai mekanisme pelayanan berbasis aplikasi dan pelayanan menjadi lebih singkat, semula 15 hari menyadi 5 hari. Selanjutnya, pelanggan PLTS Atap dan Pemegang IUPTLU dapat melakukan perdagangan karbon, perluasan tidak hanya pelanggan PLN saja tetapi pelanggan di Wilayah Usaha non-PLN (saat ini hanya pelanggan PLN), dan adanya Pusat Pengaduan Sistem PLTS Atap untuk menerima dan menindaklanjuti pengaduan atas implementasi PLTS Atap (saat ini belum ada).

Pada 2022 sesuai roadmap pengembangan PLTS Atap, pemerintah menargetkan kapasitas PLTS Atap sebesar 910MW.
Realisasi kapasitas pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2021 mencapai 11.152 MW. Tambahan pembangkit EBT diantaranya dari PLTA Poso Peaker sebesar 260 MW, 3 unit PLTP sebesar 146,2 MW, PLTA Malea sebesar 90 MW, PLT Bioenergi sebesar 16,5 MW , 18 unit PLTM sebesar 111,25 MW, serta PLTS sebesar 26,08 MW. Untuk tahun 2022, ditargetkan kapasitas pembangkit EBT meningkat menjadi 11.791 MW.

Upaya menurunkan CO2 juga menjadi catatan manis bagi pemerintah di 2021, dengan penurunan sebesar 69,5 juta ton CO2 atau melebihi target sebesar 67 juta ton CO2. Sedangkan pada tahun 2022 ditargetkan penurunan CO2 sebesar 91 juta ton. Hal ini sejalan dengan realisasi bauran EBT pembangkit listrik yang melebihi target, yaitu 13,5% dari target 12,9%.(RA)