JAKARTA – Pengembangan bioenergi di Indonesia memasuki babak baru setelah bahan bakar pesawat kini menggunakan Bioavtur yang berbahan dasar minyak kelapa sawit.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina menyatakan terobosan penggunaan bioavtur sebagai bahan bakar pesawat tidak lepas dari inisiatif Pertamina. Menurut dia teknologi untuk memproduksi BioAvtur bermula dari ide dan penelitian di fasilitas Research and Development (R&D) Pertamina.

“Teknologi untuk memproduksi BioAvtur bermula dari ide dan penelitian di fasilitas R&D Pertamina – Pulogadung yang saat ini berada dibawah fungsi Research Technology & Innovation (RTI), ide-ide perwira dituangkan dalam Riset katalis hidrodeoksigenasi (HDO) yang akhirnya dikembangkan bersama Teknik Kimia ITB,” kata Nicke dalam akun instagram miliknya, Kamis (7/10).

Menurut Nicke, semua proses produksi BioAvtur dilakukan di dalam negeri dimana katalis untuk produksi bio avtur ini diberikan nama Katalis (PK) 220 HBD yang pernah dipergunakan untuk produksi D100 di RU II Dumai. “Yang kemudian saat ini dapat digunakan untuk produksi BioAvtur yang dilakukan di kilang dalam negeri Pertamina tepatnya di Refinery Unit IV Cilacap. Pesawat yang digunakan dalm flying test, CN-235, adalah juga salah satu produksi kebanggaan bangsa kita,” ungkap Nicke.

Pengembangan BioAvtur menurut Nicke adalah upaya bersama untuk membangun kemandirian energi nasional, sekaligus mengurangi emisi karbon untuk kelestarian lingkungan tanah air kita.

Menurutnya banyak yang akan merasakan manfaat dari upaya ini, karena selain berdampak pada pengurangan ketergantungan energi dari impor, juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja dalam pengembangan value chain secara utuh. “Baik di sektor perkebunan, produksi, hingga pengembangan teknologi,” ujar Nicke.

Pesawat CN 235-220 Flying Test Bed (FTB) berhasil lakukan uji terbang perdana Bandung-Jakarta menggunakan campuran bahan bakar bioavtur 2,4 persen (J2.4).

Produksi bioavtur dilakukan melalui sinergi penelitian antara Pertamina Research & Technology Innovation (Pertamina RTI) dan Pusat Rekayasa Katalisis Institut Teknologi Bandung (PRK-ITB) dalam pengembangan katalis “MerahPutih” untuk mengkonversi minyak inti sawit menjadi bahan baku bioavtur pada 2012. Selanjutnya, kerja sama diperluas bersama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) untuk melakukan uji produksi co-processing skala industri di Refinery Unit (RU) IV Cilacap untuk mengolah campuran RBDPKO (Refined, Bleached, and Deodorized Palm Kernel Oil) dan kerosin menggunakan katalis merah putih. Pada pengujian ini telah berhasil diproduksi bioavtur 2,4 persen-v yang disebut dengan J2.4.