JAKARTA – PT Pertamina (Persero) kini tengah sibuk mencari mitra usaha di Blok Rokan. Syarat utama mitra di sana harus bisa mengerjakan chemical Enhanced Oil Recovery (EOR).

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, menjelaskan EOR sudah diimplementasikan di Rokan, hanya saja berbeda jenis seperti yang akan diterapkan yang rencananya akan menggunakan bahan kimia atau chemical EOR. “EOR yang sudah diterapkan adalah steem flood termasuk yang terbesar di dunia di Duri karena heavy oil,” kata Nicke di komplek DPR RI, Rabu (29/9).

Untuk menerapkan chemical EOR, Pertamina membutuhkan formula khusus yang sebenarnya sudah dimiliki Chevron kontraktor terdahulu Rokan melalui anak usahanya Chevron Oronite. “Dalam pelaksannaan EOR itu ada tahap prove of concept paling cepat perlu waktu 1,5 tahun perlu test lab, single well chemical treasure test ini yang mungkin sudah dilakukan oleh CPI dan kemudian intelektual property right-nya diberikan  ke anak usahanya Chevron yaitu Oronite,” ungkap Nicke.

Pembicarakan kerja sama dengan Oronite belum menemui titik temu hingga kini padahal jadwal pelaksannaan EOR sudah dekat.

Untuk itu manajemen Pertamina memutuskan membuka peluang mitra baru yang bisa memberikan formula tepat untuk diaplikasikan di Rokan. “Tapi paralel ini kan bisa saja buka dengan perusahaan lain agar berminat juga untuk lakukan prove of concept untuk Chemical EOR,” ujarnya.

Pertamina, kata Nicke, tidak mau berspekulasi dalam menentukan mitra EOR di Rokan. Konsep penetapan mitra baru nanti juga akan tegas jadi tidak akan ada transaksi jika hasilnya tidak bagus atau sesuai yang direncanakan. “Pakai performance based result pembayarannya bisa juga KSO, atau strategic alliance. Beberapa perusahaan merapat soal ini,” ujar Nicke.

Namun demikian meskipun telah mendapatkan mitra berikut dengan formulanya ternyata EOR tidak bisa langsung diterapkan begitu saja. Ada satu proses berikutnya yang membutuhkan waktu tidak sedikit. Chevron sendiri sudah masuk dalam tahap ini.

“Lalu misalnya berhasil, lalu masuk spend trial. Ini butuh 10 tahun. Chevron baru tahap itu. Kita bicara sama Oronite tapi kita bukan juga opsi sama perusahaan lain, yang berkopeten dan proven disitu,” ungkap Nicke.

Pertamina, kata dia, masih optimistis banyak pihak yang mau menjadi mitra di Rokan dan melaksanakan chemical EOR. Menurutnya, jika perusahaan yang memiliki kemampuan berminat maka kerja sama bisa terjalin karena cadangan minyak di Rokan diyakini masih besar.

“Makanya sekarang no secure no pay, berbagi resiko  pihak pihak yang punya kompeten pasti tidak ragu. Cadangan ini besar kok,” tegas Nicke.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berharap PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bisa mengimplementasikan rencana kegiatan EOR.  Proses EOR ini diharapkan bisa terjadi dalam waktu dekat.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menyatakan EOR menjadi salah satu upaya yang ditempuh Pertamina untuk menahan laju penurunan produksi sekaligus mencoba untuk meningkatkan produksi minyak Rokan.

Menurut Dwi, transfer data dan model conversional chemical EOR sudah selesai saat transisi alih kelola. SKK Migas menargetkan bisa memberikan persetujuan pelaksannaan EOR pada November mendatang.

“PoD (plan of development/rencana pengembangan) EOR ini sudah mencapai 55 persen dan ditargetkan pada November nanti mendapat approval,” kata Dwi.

EOR boleh dikatakan sudah kadung wajib dilakukan Pertamina. Dalam Keputusan Menteri ESDM 1923K/10/MEM/2018. Beberapa kegiatan itu yakni studi EOR senilai US$  juta, stage-1 CEOR 7 pattern US$247 juta, dan stage-1 steam flood Kulin atau Rantau Bais US$88,6 juta.(RI)