JAKARTA – Status PT Saka Energi Indonesia tidak akan diputuskan pada tahun ini. Perbaikan kinerja, terutama dari operasional lebih diutamakan sebelum Saka  dilepas dari induknya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN, mengatakan sampai saat ini belum ada pembahasan detail terkait nasib Saka, termasuk dengan induk holding BUMN migas, PT Pertamina (Persero). Sebagai pemilik Saka sekarang PGN menargetkan perbaikan kinerja melalui peningkatan produksi. Selain itu untuk tahun ini PGN juga meminta Saka fokus dalam penyelesaian dua proyek pengembangan di blok Pangkah yaitu Sidayu dan West Pangkah.

“Iya benar (tidak tahun ini). Fokus pada peningkatan produksi eksisting dan penyelesaian proyek-proyek pengembangan produksi,” kata Gigih kepada Dunia Energi, Selasa (21/5).

Pengembangan di Blok Pangkah ditargetkan tuntas dan siap berproduksi pada kuartal II 2020. Pengembangan dua lapangan tersebut bisa menambah total produksi minyak sekitar 7 ribu barel per hari dan gas 28 juta kaki kubik per hari (MMSCFD)

Sambil menunggu penyelesaian dua proyek pengembangan tersebut, manajemen Saka juga diminta untuk memaksimalkan produksi dari lapangan eksisting yang dikelola. “Saka bisa fokus untuk meningkatkan produksi eksisting dengan program drilling di area produksi,” kata Gigih.

Realisasi rata-rata produksi harian Saka turun tipis sekitar 3,4% jika dibanding dengan capaian pada 2017 yang mencapai 51.393 barel setara minyak ekuivalen per hari (BOEPD) menjadi 49.613 BOEPD pada 2018.

Pemisahan Saka dari PGN adalah konsekuensi dari pembentukan holding BUMN migas dengan menggabungkan PGN ke dalam Pertamina dengan melebur PT Pertamina Gas (Pertagas) ke dalam PGN. Di holding BUMN, PGN menjadi subholding gas yang  fokus dalam bisnis midstream dan downstream gas.

Salah satu opsi untuk nasib Saka Energi yang sempat berhembus adalah dengan menggabungkannya dengan menjadi bagian dari salah satu anak usaha Pertamina, yakni PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang memiliki karakteristik bisnis hampir sama.

Namun Gigih menegaskan belum ada pembahasan detail terkait nasib Saka dengan Pertamina, termasuk rencana penggabungan dengan PHE. “Belum dibicarakan secara detail dengan Pertamina. Soal skema belum dibicarakan,” kata Gigih.(RI)