JAKARTA – Indonesia diyakini memiliki cadangan mineral yang sangat langka dan berharga dalam jumlah yang tidak sedikit yakni Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth. Sayangnya pemerintah mengaku baru bisa mengembangkan LTJ dengan maksimal paling tidak satu dekade dari sekarang atau masih 10 tahun lagi.

Ridwan Djamaluddin, Dirjen Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan dalam kurun waktu 10 tahun ini akan dilakukan kegiatan eksplorasi secara komperehensif untuk memastikan jumlah cadangan sebelum dieksploitasi lebih lanjut.

“Strategi kami eksploitasi banyak dilakukan di beberapa tempat di Bangka, Sulawesi, Papua Barat untuk melakukan inventarisasi dan eksploitasi 10 tahun ke depan,” kata Ridwan disela rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (11/4).

Pemerintah juga masih harus menyiapkan pasar yang akan menyerap LTJ. Menurut dia eksplorasi LTJ di Indonesia belum cukup maju. Bahkan dari potensi yang ada, pemerintah baru mendapatkan indikasi LTJ di 7 lokasi, keterdapatan LTJ di 9 lokasi, dan sumber daya LTJ di 8 lokasi.

“Sebagian besar dari lokasi ini paling banyak keterdapatannya di provinsi Bangka Belitung, Monasit sebanyak 186.663 ribu ton senotim 20,734 ton,” ujar Ridwan.

Selebihnya dapat ditemukan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan sumber daya LTJ 19.917 ton, Provinsi Kalimantan Barat 219 ton, dan Provinsi Sulawesi Tengah 443 ton.

Menurut Ridwan sejak 2021 pemerintah terus melakukan kegiatan eksplorasi untuk pemanfaatan LTJ. Mulai dari kegiatan teknisi seperti pemetaan dengan hasil sumber daya di Keposang, Bangka Selatan pada area potensi seluasa 255 hektar dengan total volume 35.627,3 ton.

Pada tahun ini pemerintah akan meningkatkan kegiatan eksplorasi, dari yang awalnya eksplorasi awal menjadi eksplorasi detail. Kegiatan eksplorasi di Bangka Belitung pada tahun ini. Kemudian pada 2024 diharapkan dapat melakukan eksplorasi detail di Ketapang, Sibolga dan daerah lainnya.

“Dari Bangka Belitung fokus kita di Bangka Selatan. Luasnya 255 hektar dengan keterdapatan sumber daya 35.627,3 ton ini hasil eksplorasi kita,” katanya.

Sementara itu,Achmad Ardianto, Direktur Utama PT Timah, menjelaskan saat ini ketersediaan teknologi menjadi tantangan dalam pemanfaatan LTJ agar bisa digunakan di dalam negeri. Timah sendiri telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Canada Rare Earth Corporation untuk mencari teknologi yang tepat.

“Ini G to G, pendekatannya diendorse oleh Kedutaan Kanada untuk mencari teknologi yang bisa scale down ke 1000 ton. Mudah-mudahan ini tahapan dari proyek ini bisa tuntas sehingga akhir tahun bisa go,” ujar Achmad.