BONTANG – Keberhasilan PT Badak NGL (Badak LNG) dalam meraih Proper Emas 11 kali berturut-turut dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK) menunjukkan konsistensi perusahaan dalam menjaga kualitas pengelolaan lingkungan dan implementasi program community development secara berkelanjutan sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. Hingga saat ini, raihan tersebut merupakan prestasi tertinggi yang mampu dicapai perusahaan peserta penilaian Proper.

Badak LNG dikenal sebagai perusahaan LNG terbesar di Indonesia didirikan pada tanggal 26 November 1974 sebagai perseroan terbatas.
Penghargaan Proper merupakan penghargaan tertinggi di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang memiliki arti bahwa perusahaan telah melakukan pengelolaan terhadap lingkungan melebihi dari yang disyaratkan (Beyond Compliance).

Mengusung program Salin Swara (Sampah Keliling Swadaya Masyarakat) sebagai inovasi sosial dalam penilaian Proper tahun ini, PT Badak NGL mengajak masyarakat untuk mulai memilah sampah dari rumah. Sampah-sampah rumah tangga dipilah berdasarkan masing-masing kategori sampah. Sampah-sampah ini kemudian dikumpulkan secara kolektif ke bank sampah yang terdapat di beberapa kelurahan. Manfaat yang didapat masyarakat melalui program ini, yaitu adanya investasi saldo tabungan, tabungan emas, dan premi BPJS Ketenagakerjaan

Mohammad Irfan Hidayat Manajer CSR & Relation Badak NGL, menekankan bahwa program Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan ujung tombak Perusahaan untuk meraih Proper.
“Insya Allah tahun ini yang ke 12 (Penghargaan Proper). Program CSR yang diunggulkan ada 3-4, Bank Sampah Ceria dikelola oleh kaum marjinal yang anggotanya mayoritas ibu-ibu. Kemudian ada Telihan Recycle yang mengelola limbah PT Badak NGL menjadi baling-baling perahu. Kemudian ketiga, adalah di Bontang Kuala yang memproduksi perahu dari limbah polyurethane PT Badak NGL,” ujarnya, saat ditemui di kantornya di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis(1/12/2022).

Irfan menjelaskan, Mitra Binaan Telihan Recycle setiap harinya mampu memproduksi 100 baling-baling perahu yang diolah dari limbah aluminum Badak NGL. UMKM mitra binaan Badak NGL ini berinovasi mengolah sampah aluminium pembungkus pipa gas (insulation) yang sudah tidak terpakai milik PT Badak NGL, menjadi baling-baling kapal yang dibutuhkan masyarakat nelayan di Bontang dan Kaltim.

“Dijual dengan harga Rp15.000 per unit, lebih murah dari harga produk sejenis yang dijual di toko-toko,” kata Irfan.

Menurut Irfan, Telihan Recycle pada awalnya juga menjalankan pengelolaan bank sampah. Kemudian mulai tahun ini PT Badak memberikan dukungan untuk berinovasi menghasilkan produk daur ulang yang mempunyai nilai tambah lebih besar.

Selain memasok kebutuhan bahan baku limbah aluminium, Badak NGL memberikan bantuan alat peleburan dan mendatangkan tenaga ahli teknologi peleburan dari Pulau Jawa untuk memberikan pelatihan kepada anggota Telihan Recycle.

Alfian, Koordinator Telihan Recycle, mengatakan dalam memproduksi baling-baling kapal, pihaknya sebagian besar memanfaatkan limbah aluminium dari Badak NGL. Selain itu, ada juga limbah panci, kanvas rem dan lainnya dari rumah tangga, bengkel maupun pengepul yang ada di sekitar wilayah Bontang. Limbah tersebut dilebur lalu dibentuk menjadi baling-baling kapal atau juga menjadi batangan ingot dengan kemurnian hingga 98 %.
Pembuatan batangan ingot ini untuk menjaga tingkat kemurnian aluminium serta menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada sampah alumnium. Oleh karena itu, dari 100 kg sampah alumunium, setelah dilebur menjadi ingot hanya sekitar 70 kg. Dari 1 kg ingot bisa untuk memproduksi 4-5 unit baling-baling kapal.

Alfian menjelaskan selama produksi baling-baling kapal sejak 3-4 bulan lalu, Telihan recycle sudah mampu mempekerjakan 5 pekerja dengan standar gaji UMR sekitar Rp3 jutaan per bulan.

“Total anggota Telihan Recycle ada 12 orang. Namun yang sudah mendapat pelatihan pembuatan baling-baling kapal aluminium ada 5 orang,” katanya.

Alfian berharap PT Badak NGL ke depan bisa juga membantu dalam memperluas pemasaran dan promosi produk baling-baling Telihan Recycle. Diharapkan, dukungan promosi itu dapat meningkatkan penjualan baling-baling dan memperluas area penjualannya.

Sementara itu di Bontang Kuala, PT Badak NGL juga memberikan Pendampingan pada pengrajin perahu pembuatan perahu dari limbah polyurethane.
Saat ini sudah ada 2 perahu buatapengrajin Bontang Kuala yang terbuat dari limbah polyurethane Badak NGL.

“Sudah ada 2 perahu, satu untuk perahu anti banjir dan kedua perahu untuk penngangkutan sampah. Akan dibuat satu perahu lagi untuk nelayan yang tidak punya perahu. Menurut mereka perahu yang dibuat dari polyurethane lebih tahan lama. Kalau dari kayu kan mudah bocor, harganya perahu kayu itu hanya Rp 15 juta. Kalau perahu dari polyurethane bisa Rp 25 juta tapi daya tahannya lebih lama. Bisa 10x lipat. Intinya, limbah kita benar-benar terserap 100 %,” kata Irfan.(RA)