BOJONEGORO – Proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) jadi andalan untuk pemenuhan energi gas di wilayah Jawa Timur. Untuk itu, beroperasinya Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) diharapkan dapat memasok akan kebutuhan gas tersebut. Hingga kini progres pengerjaan proyek sudah mencapai 89%.

Proyek JTB sendiri sempat mengalami kendala lantaran proses fabrikasi alat dan pengirimannya dari luar negeri. Terlebih, sempat terjadi meningkatnya gelombang pandemi COVID-19 di luar negeri sehingga turut mempengaruhi jadwal di dalam negeri.

Awang Lazuardi, Direktur Utama Pertamina EP Cepu (PEPC) mengungkapkan beberapa upaya untuk mengejar targer penyelesaian JTB dengan menambah jumlah tenaga kerja yang turun di lapangan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang komponennya telah tersedia di dalam negeri. “Semua dilakukan secara paralel dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara disiplin,” kata Awang, Jumat (23/4).

Menurut Awang, pihaknya memanfaatkan secara efektif setiap waktu yang dimiliki guna mengejar ketinggalan sektor tertentu dengan mencapai kemajuan lebih pada sektor lainnya, sehingga secara keseluruhan proyek masih on the track sesuai target. “Secara keseluruhan kita masih memiliki selisih kemajuan yang cukup meskipun ada beberapa part yang belum tiba, namun kami optimis, bahwa target on stream akan dicapai sesuai jadwal” tegas Awang.

Proyek JTB sendiri merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional sektor energi yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada tahun 2020 lalu. Proyek ini sedianya akan on stream pada November tahun ini. Diharapkan, hasil gas yang diproduksi nanti akan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan gas untuk wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, guna tercapainya kedaulatan energi nasional.

Lapangan Unitisasi Gas JTB akan menghasilkan sales gas sebesar 192 juta kaki kubik per hari (MMscfd) yang dihasilkan dari enam sumur produksi serta memiliki cadangan sebanyak 2,5 triliun TFC. Dalam uji coba sumur produksi yang dilakukan oleh tim drilling beberapa waktu lalu, masing-masing sumur menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yakni di atas target yang telah ditetapkan.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengakui ada keterlambatan target penyelesaian Proyek Gas Processing Facility (GPF) Jambaran Tiung Biru (JTB). Alasan keterlambatan masih bisa diterima, yakni karena pandemi Covid-19.

“Karena Covid, proyek JTB ada keterlambatan. Kami sudah minta kepada pihak manajemen untuk bisa mengejar kembali keterlambatan yang ada sehingga dapat menghasilkan gas pada akhir tahun,” kata Arifin.(RI)