“PERTAMINA kini ditugaskan mengelola blok-blok besar, namun sudah mature rata-rata berusia 50 tahun, sehingga membutuhkan perawatan ekstra. Apakah blok tua tersebut masih punya potensi yang besar, Wallahualam. Karena apa yang diyakini ada, ternyata enggak ada. Tapi yang diyakini tidak ada, ternyata ada.”
Itulah yang diungkapkan Eko Rudi Tantoro, General Manager PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Abar Anggursi, menggambarkan kondisi Pertamina saat ini. Kondisi yang berbeda saat dirinya masuk PT Pertamina (Persero) dan ditugaskan menjadi Geofisik Intepretasi pada era 1990-an.
Pertamina saat itu tidak diperbolehkan mengelola lapangan migas dengan biaya dan risiko yang tinggi. Untuk lapangan yang membutuhkan teknologi tinggi, biaya besar dan risiko tinggi diserahkan ke perusahaan asing.
“Karena apa, sekali enggak ketemu (cadangan migas), ratusan juta dolar hilang. Kalau Pertamina kan uang yang dipakai semua uang negara,” kata Eko yang juga Ketua Pelaksana Techno Energy Solution Day yang digelar PHE pada akhir Agustus 2018.
Pertamina saat itu, kata Eko, hanya diberikan blok-blok migas yang berisiko rendah. Untuk belajar mengelola blok berisiko tinggi, Pertamina membeli hak partisipasi 10%-15% di blok tersebut. “Jadi kalaupun gagal, tidak akan berdampak fatal bagi Pertamina,” kata Eko.
Era baru kini dihadapi Pertamina. Saat tren produksi minyak terus menurun dan konsumsi yang makin besar, Pertamina mendapat penugasan mengelola blok-blok habis kontrak atau terminasi. Sebagian diantaranya merupakan blok-blok besar yang berkontribusi signifikan terhadap produksi migas nasional.
Sepanjang 2018, Pertamina tercatat telah mengambil alih pengelolaan sejumlah blok terminasi. Tepat pada 1 Januari 2018, Pertamina mulai mengelola Blok Mahakam yang sebelumnya dikelola PT Total E&P Indonesie hingga 31 Desember 2017. Hingga pada akhir Oktober, East Kalimantan dan Attaka secara resmi dikelola penuh Pertamina.
Selain tiga blok tersebut, Pertamina pada Februari juga sudah mengelola penuh Blok Tuban East Java dan Ogan Komering. Kedua blok tersebut sebelumnya dikelola bersama Pertamina dengan mitra melalui mekanisme operasi bersama (Joint Operation Body/JOB).
Menyusul kemudian Blok Sanga-Sanga dan Southeast Sumatra (SES) masing-masing pada Agustus dan September mulai dikelola Pertamina. Di luar itu, ada Blok Tengah, North Sumatra Offshore (NSO) dan North Sumatra B (NSB) yang sebelumnya diakuisisi dari Exxonmobil dan kontraknya berakhir pada 2018 kemudian juga diserahkan kembali pengelolaannya ke Pertamina.
Dari delapan blok terminasi 2018, lima diantaranya pengelolaannya diserahkan Pertamina ke anak usahanya, PHE. Kelimanya adalah Blok Tuban, Ogan Komering, NSO, NSB dan Southeast Sumatra.
Tidak hanya itu, pada tahun ini pemerintah juga telah menetapkan Pertamina sebagai pengelola Blok Rokan, pasca berakhirnya kontrak PT Chevron Pacific Indonesia pada 2021. Jika Blok Mahakam tercatat sebagai kontributor terbesar bagi produksi gas nasional, maka Rokan menjadi kontributor utama produksi minyak sebesar 200 ribuan bph.
Bagi Pertamina, penugasan untuk mengelola blok-blok terminasi tentu memberikan peluang meningkatkan produksi siap jual (lifting) perseroan. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) per akhir 2017, lifting migas di delapan blok terminasi mencapai 123.778 barrel oil equivalent per day (BOEPD), mencakup 68,6 ribu barel per hari (bph) minyak dan 306 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas.
Itu belum termasuk Blok Mahakam. Data per akhir November 2017, Mahakam memproduksi minyak dan kondensat sebesar 52 ribu bph dan 1.360 MMSCFD gas.
Masuknya Blok Mahakam telah berimbas positif pada produksi migas Pertamina. Hingga akhir September 2018, Pertamina memproduksi migas sebesar 911 ribu BOEPD, terdiri dari 383 ribu bph minyak dan 3.059 MMSCFD gas. Jumlah tersebut naik dibanding periode yang sama 2017 besar 693 ribu BOEPD migas, terdiri 342 ribu bph minyak dan 2.030 MMSCFD gas.
Pertamina juga akan mendapat tambahan produksi dari Southeast Sumatra dan East Kalimantan-Attaka yang baru masuk pada September dan Oktober.
Lalu bagaimana kontribusi Pertamina terhadap produksi migas nasional? SKK Migas mencatat hingga September, lifting migas mencapai 1,919 juta BOEPD, mencakup minyak 774 ribu bph dan gas 1,145 juta BOEPD. Artinya, peran Pertamina sudah sangat dominan baik untuk gas maupun minyak. Belum lagi jika Blok Rokan pada 2021 dikelola 100% oleh Pertamina.
Disisi lain. untuk mengelola blok-blok terminasi membutuhkan dana yang tidak kecil. Apalagi jika melihat kondisi lapangan-lapangan migas terminasi yang rata-rata sudah mature, sehingga tidak bisa terhindar dari penurunan produksi secara alamiah (decline).
“Pengelolaan blok-blok baru dari alih kelola yang telah diamanatkan pemerintah dengan kondisi sumur yang telah mature menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi dan disikapi dengan baik,” kata Dharmawan Samsu, Direktur Hulu Pertamina.
Rata-rata kontrak pengelolaan blok terminasi pertama kali ditandatangani pada 1968, seperti SES, Sanga-Sanga hingga Mahakam dan mulai berproduksi pada 1970-an. Untuk Blok Tuban kontraknya ditandatangani pertama kali pada 1988 dan mulai berproduksi pada 1990-an.
Strategi Operasi
Bambang Manumayoso, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia, induk Pertamina Hulu Kalimantan Timur, operator East Kalimantan-Attaka, mengatakan telah menyiapkan berbagai rencana kegiatan guna menemukan cadangan baru sebagai upaya meningkatkan atau minimal mempertahankan produksi.
“Pertamina telah memberikan komitmen pasti kepada pemerintah dalam mengelola WK East Kalimantan dan Attaka, yakni dua paket studi eksplorasi, satu sumur eksplorasi dan empat infill atau development well. Tentu ini semua akan berjalan jika didukung semua pihak,” kata Bambang.
Pertamina mengalokasikan investasi dengan komitmen pasti investasi selama tiga tahun pertama sebesar US$79,3 juta untuk East Kalimantan-Attaka.
Pertamina berupaya untuk menahan laju penurunan produksi alamiah dengan merencanakan 10 work over dan 59 well services yang diestimasi untuk produksi rata-rata per hari di 2018 sebesar 73,3 MMSCFD gas dan 13.291 bph minyak.
Pada 2019, Pertamina merencanakan pengeboran tiga sumur di kuartal IV, 37 work over dan 308 well services dengan estimasi produksi 59,4 MMSCFD gas dan 10.639 BOPD minyak.
Pertamina Hulu Indonesia yang juga menaungi PT Pertamina Hulu Mahakam, operator Blok Mahakam juga sebelumnya telah mengalokasikan dana investasi US$700 juta untuk Mahakam.
Di Southeast Sumatra, Pertamina mengalokasikan komitmen pasti tiga tahun sebesar US$130 juta, baik untuk kegiatan eksploitasi maupun eksplorasi diharapkan dapat menambah cadangan terbukti juga meningkatkan produksi.
Huddie Dewanto, Direktur Utama PHE, mengatakan salah satu tantangan utama mengelola Southeast Sumatra adalah kondisi ratusan sumur yang sudah tua dan pasti membutuhkan treatment khusus.
Komitmen kerja pasti yang sudah disepakati PHE dengan SKK Migas pun diperuntukkan untuk menemukan cadangan baru guna menahan laju penurunan produksi yang lazim terjadi di lapangan-lapangan migas yang sudah mature.
“Tantangan bagi kami adalah bagaimana mengoperasikan lapangan ini secara efisien tanpa mengesampingkan aspek HSSE dan operational excellence. Serta mencari terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan produksi,” kata Huddie.
Rata-rata produksi minyak SES sebelum diambil alih Pertamina sebesar 29.941 bph minak dan 83,99 MMSCFD gas.
PHE telah menyiapkan sejumlah rencana kerja untuk menahan laju penurunan alamiah di lapangan SES melalui komitmen tiga tahun, diantaranya adalah studi geologi, geophysics, reservoir and production (GGRP), studi enhanced oil recovery (EOR), seismik, workover dan well services, field reactivation, pemboran infill, serta perawatan, inspeksi dan sertifikasi kehandalan fasilitas.
Pri Agung Rachmanto, Pengamat Energi dari Universitas Trisakti, mengatakan tantangan Pertamina ke depan tidak hanya berkutat pada menahan decline, namun juga meningkatkan produksi sekaligus menemukan cadangan baru.
“Untuk itu Pertamina membutuhkan dukungan regulasi. Pemerintah juga jangan tanggung-tanggung memberikan dukungan,” tandas Pri Agung.(AT)




Komentar Terbaru