MENDUNG menggelayut di sekitar Desa Pusung Kapal, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam, Kamis (11/7) pagi menjelang siang. Belasan perahu kayu ukuran rata-rata 10 meter dengan lebar 1,5 meter bersandar di dermaga kecil persis di belakang Rumah Informasi Tuntong Laut yang dibangun oleh PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field. Perahu dengan rata-rata bisa menampung maksimal 15-16 orang itu rencananya membawa tamu undangan yang akan melepasliarkan tukik tuntong laut (batagur borneonensis) dan penanaman pohon cemara di muara Sungai Tamiang yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka.

Dunia-Energi berkesempatan menumpang salah satu kapal menuju lokasi. Total ada 15 orang dalam perahu (warga setempat menyebutnya boat) cokelat itu. Perjalanan dari dermaga Pusung Kapal menuju muara diwarnai perasaan degdegan. Maklum saja, perahu yang ditumpang kecil sementarai harus melintasi sungai selebar 75-90 meter. Apalagi bila berpapasan dengan perahu lain, terjadi turbulensi air sehingga perahu yang kami tumpangi oleh sehingga beberapa penumpang—terutama penumpang perempuan—ikut menjerit. Belum lagi kekhawatiran munculnya buaya sungai, yang konon menurut warga sekitar, banyak terdapat di sungai tersebut.

Beruntung perjalanan menyusuri Sungai Tamiang menuju arah muara, tak terlalu lama. Sekira 30 menit kemudian kami sampai di lokasi. Tiga perahu tampak bersender di pinggir muara. Sekira 20-30 orang panitia dan tim pendukung sudah ada di lokasi. Mereka menyiapkan peralatan untuk seremonial tuntong dan penanaman cemara.

Tak lama berselang, perahu-perahu lain bermunculan dan tiba di lokasi. Tampak Bupati Aceh Tamiang Mursil, Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP Chalid Said Salim, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia, Pertamina EP Asset 1 General Manager Rizal Risnul Wathan, Dandim 0117 Aceh Tamiang Letkol In Deki Rayusyah Putra, Kapolres Aceh Tamiang AKBP Zulhir Destrian, dan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nanggroe Aceh Darussalam Sapto Aji Prabowo, serta Kepala Dinas Pangan, Kelautan, dan Perikanan Aceh Tamiang Safuan.

Langit di muara Sungai Tamiang kian gelap. Hujan deras mengucur bumi. Toh, itu tak menyurutkan semangat para pejabat pemerintah dan pimpinan Pertamina EP serta hadirin. Mereka asyik mendengarkan sambutan para narasumber.

Chalid Said Salim dalam sambutannya mengatakan, Pertamina EP berkomitmen menjaga tumbuhan dan satwa yang dilindungi di semua wilayah operasi perusahaan di Tanah Air sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Kelangsungan program konservasi tuntong laut adalah berkat kerja sama dengan sejumlah pemangku kepentingan seperti BKSDA Aceh, Pemkab Aceh Tamiang, Pertamina EP Rantau Field, dan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia (YSCLI)

“Dalam kegiatan ini, kami melepaskan tukik tuntong laut sebanyak 719 Ekor dari 955 butir telur yang diperoleh dari 60 sarang. Selain itu, kami bersama stakeholders lainnya juga menanam pohon cemara sebanyak 500 pohon,” ujar Chalid.

Menurut Chalid, penanaman cemara dilakukan di areal habitat tuntong laut merupakan bagian dari area Wisata Mangrove yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pusung Kapal, binaan Pertamina EP Asset 1 Rantau Field bersama YSCLI, Pemkab Aceh Tamiang, BKSDA Aceh dan didukung Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPTD KPH) Wilayah III Langsa serta stakeholders lainnya terkaitpengembangan wisata di pesisir pantai ujung tamiang ini.

“Intinya, Pertamina EP dalam setiap kegiatan operasinya selalu memperhatikan masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan guna menciptakan dampak berantai (multiflier effect). Dengan demikian tercipta kemandirian masyarakat serta kelestarian lingkungan yang dapat menjadi salah satu warisan bagi generasi penerus. Terima kasih kepada seluruh stakeholders dalam mendukung kegiatan pelestarian salah satu keanekaragaman hayati nasional yang menjadi kebanggaan masyarakat daerah Aceh Tamiang ini,” katanya.

Upaya pelestarian spesies tuntong laut yang memiliki status sangat terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) beserta ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama pemerintah, swasta, dan masyarakat. Untuk melestarikan spesies Tuntong Laut, jelas dia, perlu dilakukan upaya pelestarian secara komprehensif, baik in-situ maupun ex-situ. Langkah yang bisa dilakukan antara lain pemantauan/monitoring dan peningkatan populasi, pengembangan dan peningkatan dan kapasitas sumber daya manusia.Upaya lainnya adalah perbaikan habitat, pemberdayaan masyarakat di sekitar habitat, pembangunan, perbaikan, dan pengembangan fasilitas pendukung yang bersifat sementara atau permanen.

“Ini menjadi komitmen kami Pertamina EP yang sudah kami rencanakan dalam program kerja aspek pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati,” katanya.

Sejak 2013, Pertamina EP Asset 1 Rantau Field, menjalin kerja sama dengan Yayasan Satucita Lestari Indonesia dalam konservasi tuntong laut. Tuntong laut adalah salah satu dari 331 spesies kura-kura air tawar dan darat yang hidup di dunia saat ini. Kura-kura ini merupakan salah satu dari 32 spesies (native dan non-native) kura-kura air tawar dan darat yang ada di Indonesia. pesies ini menurut catatan sejarah tersebar di Kalimantan bagian barat dan pantai timur Sumatera meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Jambi.

Indra Exploitasia mengapresiasi langkah Pertamina EP yang didukung Pemkab Aceh Tamiang dan BKSDA Aceh serta YSCLI dalam mempertahankan satwa endemeik. Apalagi, tuntong sudah dilindungi oleh Qanun No 3 Tahun 2016 tentang Perlindungan Spesies Tuntong Laut. “Pelestarian tidak akan berhasil tanpa melibatkan masyarakat. Kerja sama berbagai sektor jadi kunci keberhasilan,” ujarnya.

Saat ini tuntong laut memiliki status critically endangered menurut IUCN, terdaftar di Appendiks II plus zero quota for wild specimen to trade dalam konvensi CITES, memiliki prioritas Sangat Tinggi dalam Permenhut P.57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018. Di luar itu, proteksi terhadap tuntong juga diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : .20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yaang dilindungi.

Chalid menambahkan sampai dengan Juli 2019 sekitar 2.822-an tukik tuntong laut dilepaskan ke habitatnya sejak 2009.

Mursil, Bupati Aceh Tamiang, mengatakan populasi tuntong makin menurut sehingga ditetapkan sebagai spesies yang dilindungi. Dia berterimakasih kepada Pertamina EP dan YSCLI yang telah berupaya melestarikan tuntong laut. Kerjasama tersebut diharapkan semakin baik sehingga lebih banyak tuntong yang dapat dilestarikan, termasuk bakau. “Pelepasan tukik ini ke depan bisa dibuat atraksi wisata. Paket wisata bisa dijual. Harapan kami ke depan dukungan Pertamina, KLHK, tetap baik dan kerja sama semakin kuat sehingga konsep wisata ini bisa direalisasikan,” katanya.

Wisata Mangrove

Terkait pengembangan wisata mangrove, dalam memberdayaakan masyarakat sekitar habitat tuntung laut di Desa Pusung Kapal, Pokdarwis Pusung Kapal melihat limbah kayu apung yang mengotori pantai dan berdampak terhadap tuntung laut saat musim bertelur di pantai, menjadi peluang bagi Pokdarwis dimanfaatkan menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis menjadi cinderamata bagi wisatawan. Hal ini juga untuk meningkatkan pemahaman serta edukasi terkait pelestarian tuntong laut bagi masyarakat luas, lewat Rumah Informasi Tuntong yang dibangun oleh Pertamina EP Rantau Field selama 2018, telah dilakukan Sekolah Lapang Konservasi Tuntong Laut dan school visit ke RIT sebanyak 473 kunjungan.

Hingga Juni 2019 dilakukan survei populasi dan habitat, patroli pengamanan telur, penanaman 11.000 bibit pohon bakau, 1000 pohon cemara, 3000 pembibitan pohon bakau dan penyusunan Master Plan Wisata Ekowisata Mangrove, serta kegiatan Coastal Clean bersama pramuka, komunitas, dan sekolah sekolah.

Kepedulian Pertamina EP Asset 1 Rantau Field terhadap pelestarian lingkungan, tidak lepas dari upaya Field Rantau untuk terus dapat berkontribusi terhadap lingkungan sekitar dan pembangunan. Komitmen Rantau Field terhadap pengembangan masyarakat juga dibuktikan dengan pencapaian PROPER (program penilaian peringkat kinerja perusahaan) KLHK berupa predikat emas selama empat kali berturut-turut. (DR)