UBUD – GoGerilya, tim startup lulusan program Gerilya (Gerakan Inisiatif Tenaga Surya) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sukses membangun sistem pengairan sawah memanfaatkan tenaga matahari di Desa Keliki, Ubud, Gianyar, Bali. Di sana sebagian besar berprofesi sebagai petani, metode pertanian yang mereka gunakan masih berbasis konvensional dan sumber pengairan yang didapatkan dari mata air sungai yang dibuatkan jalur irigasi ke sawah dengan struktur terasering.

“Sekarang, debit air di irigasi kami mulai bertambah berkat sistem pompa tenaga surya. Selesai aktivitas dari sawah kami juga bisa bersih-bersih dari air yang tersimpan pada tangki sebelah Pura,” ujar Wayan Sucipta, salah seorang petani Desa Keliki belum lama ini.

GoGerilya, tim startup lulusan program Gerilya (Gerakan Inisiatif Tenaga Surya) Kementerian ESDM menyelesaikan sistem ini dalam waktu 2 pekan, bersama tim Society of Renewable Energy (SRE), mahasiswa Universitas Udayana dan puluhan masyarakat setempat Desa Keliki, salah satu desa binaan yang masuk kedalam program Desa Energi Berdikari Pertamina.

Sebelumnya, berbagai solusi untuk pengairan dihadirkan di desa ini, diantaranya sumur air tadah hujan. Berdasarkan kondisi yang terdapat di beberapa lokasi sawah, yaitu kapasitas terpasang listrik yang rendah, jaringan listrik yang belum terjangkau di lokasi, dan belum tersedia sumur yang ada, maka tim GoGerilya memilih pompa tenaga surya sebagai solusi terpilih.

“Pembagian tugasnya, tim GoGerilya yang telah mendapatkan sertifikasi pemasangan mengerjakan sistem mekanikal dan elektrikal, mahasiswa membantu perakitan sistem dengan pembekalan yang diberikan sebelumnya oleh tim inti, serta masyarakat yang mengerjakan pondasi dan membantu pemasangan pipa untuk sistem pengairan,” ungkap Zagy Yakana Berian, Founder SRE.

Zagy mengungkapkan, meski telah diorganisir melalui Subak, debit air yang semakin kecil seiring menurunnya level elevasi pada sawah dan sistem antri saat musim kemarau mengakibatkan debit air tak bisa memenuhi kebutuhan sawah di Desa Keliki. Imbasnya, saat musim kemarau bisa dipastikan ada sawah yang tidak mendapatkan air irigasi.

“Maka dari itu 7 subak di desa tersebut mendapat bantuan Pertamina berupa sumur, pompa celup berkapasitas 1,5 HP bertenaga panel surya sebesar 2,5 kWp tanpa menggunakan baterai melainkan menggunakan inverter yang dapat menyesuaikan frekuensi saat matahari bersinar,” ungkap Zagy.

Ia menjelaskan seluruh sistem dengan total 17,5 kWp ditempatkan berdekatan dengan Pura di masing-masing subak tersebut. Sistem ini bekerja hanya saat matahari bersinar dengan rata – rata 4 jam sehari dengan total air 12.000 liter per hari. “Air yang dihasilkan sebagian disimpan pada tangki air 1.100 liter untuk kebutuhan kegiatan adat di pura setempat dan selebihnya dialirkan pada irigasi milik subak tersebut,” kata dia.