JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksi realisasi produksi siap jual atau lifting minyak maupun gas bumi sepanjang tahun ini tidak akan mencapai target yang ditetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019. Fatar Yani Abdurrahman, Wakil Kepala SKK Migas, mengatakan untuk minyak, para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) sebenarnya telah menyatakan batas kemampuannya dan maksimal secara nasional hanya mencapai 755 ribu barel per hari (bph) atau dibawah target APBN 2019 sebesar 775 ribu bph.

“Kalau lifting, tercapai sih tidak, 97%-98% kami usahakan dari target tahun ini kalau minyak,” kata Fatar Yani di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Senin (12/8).

Menurut Fatar, SKK Migas tetap akan mendorong KKKS untuk berupaya mencari potensi lain untuk bisa mengkatrol produksi dan lifting minyak. “Kejar terus. korek dimana aja. Seperti ExonMobil Banyu Urip masih bisa digenjot juga,” katanya.

Lifting gas juga diproyeksi tidak akan mencapai target lantaran rendahnya serapan. Pada tahun ini lifting gas dipatok 7.000 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Salah satu faktor adalah batalnya penyerapan gas PT PLN (Persero) dari 17 kargo LNG menjadi hanya enam kargo. Meskipun pada akhirnya PLN berkomitmen akan menyerap lima kargo tambahan, SKK Migas sudah terlanjur memutuskan untuk melakukan penundaan produksi atau menurunkan produksi LNG (curtail) sebanyak tiga kargo LNG.

Selain itu, harga LNG di pasar internasional juga memberikan pengaruh karena jika dipaksakan dijual di pasar spot para produsen gas akan menelan kerugian. “Kalau gas itu kan sudah saya sampaikan, satu karena curtailment drop kargo (11 kargo), harga LNG juga lagi drop juga kan di luar,” ungkap Fatar.

Masalah monetisasi gas menjadi salah satu fokus pembenahan SKK Migas. Integrasi antara produksi dan pengembangan lapangan akan dikejar sehingga komersialisasi gas bisa berjalan lebih optimal. Selain itu, kontrak jual beli gas (Gas Sales Agreement/GSA) juga akan diperbaiki agar para konsumen gas bisa tetap menjaga komitmen penyerapan gasnya.

“Saya mau kejar Integrasi antara porduksi dan pengembangan, serta komersial harus jalan. GSA mana yang tidak jalan, persoalan dimana, kami identifikasi,  Kalau tidak bisa diatasi, otomatis enggak bisa produksi. Kalau gas sudah berproduksi tapi tidak ada yang mengambil kan menjadi soal, Kalau minyak sih barang ada, pasti akan ada yang ambil,” kata Fatar Yani.(RI)