JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyiapkan sejumlah strategi seiring penerapan larangan ekspor nikel pada 2020. Strategi tersebut diperlukan untuk mengkompensasi pendapatan yang hilang dari ekspor bijih nikel. Hingga akhir 2019, ekspor bijih nikel Antam diproyeksi mencapai lima juta ton.

“Tahun 2020 memang challenging karena tidak boleh ekspor bijih nikel sehingga kami fokus ke hilirisasi, dimana dengan kondisi yang challenging jelas secara perusahaan harus ada strategi untuk menggantikannya. Dalam RJPP sudah ada. Tahun ini ekspor nikel ore lima juta lebih,” kata Aprilandi Hidayat Setia, Direktur Niaga Antam di Jakarta, Kamis (19/12).

Sepanjang periode September 2019, Antam mencatatkan kinerja keuangan yang tetap solid didukung peningkatan performa produksi dan penjualan. Serta tren positif harga komoditas. Penjualan bersih sembilan bulan pertama tahun 2019 tercatat sebesar Rp24,54 triliun tumbuh signifikan sebesar 23% dibandingkan periode sembilan bulan pertama tahun 2018.

Capaian laba bersih periode sembilan bulan 2019 tercatat sebesar Rp561 miliar, sementara capaian EBITDA juga tumbuh sebesar 5% menjadi Rp2,27 triliun dibandingkan dengan capaian EBITDA periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp2,14 triliun.

Pertumbuhan positif kinerja operasi dan penjualan komoditas utama pada periode sembilan bulan 2019 juga tercermin pada capaian volume produksi feronikel yang mencapai 19.052 TNi dan penjualan feronikel tercatat sebesar 19.703 TNi atau naik sebesar 3% dibandingkan periode yang sama tahun 2018.

Sementara itu, untuk produksi bijih nikel tercatat sebesar 7,40 juta wmt atau naik sebesar 14% dibandingkan periode sembilan bulan pertama tahun 2018. Untuk volume penjualan bijih nikel tercatat sebesar 5,50 juta wmt atau naik 34% dibandingkan dengan volume penjualan pada periode yang sama tahun 2018.

Komoditas bauksit turut memberikan kontribusi positif pada sembilan bulan pertama tahun 2019 dengan capaian produksi mencapaI 1,10 juta wmt, naik 40% dengan volume penjualan bauksit mencapai 1,16 juta wmt, tumbuh signifikan sebesar 68% dibandingkan capaian sembilan bulan pertama tahun 2018.

Dengan nilai kas dan setara kas sebesar Rp3,46 triliun, perseroan masih memiliki posisi keuangan yang cukup solid. Total realisasi Belanja Modal perseroan hingga sembilan bulan 2019 mencapai Rp842 miliar dengan penyerapan pendanaan invetasi pengembangan mencapai Rp707 miliar.(RA)