JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS) membukukan laba bersih Rp 531,35 miliar pada 2018, naik 5,7% dibanding raihan 2017 sebesar Rp 502,43 miliar. Kenaikan laba bersih ditopang pendapatan usaha yang naik 19,88% menjadi Rp 11,05 triliun dibanding raihan 2017 sebesar Rp 9,21 triliun.

Kenaikan pendapatan diikuti beban pokok yang juga naik 21,85% menjadi Rp 9,37 triliun pada 2018. Seiring dengan itu, laba kotor Timah naik 10% dari Rp 1,52 triliun pada 2017 menjadi Rp 1,67 triliun pada tahun lalu.

Laporan keuangan Timah yang dirilis akhir pekan lalu juga mencatat, beban umum, beban penjualan dan beban keuangan tercatat naik masing-masing 15,4%, 31,1% dan 52%. Serta ditambah dengan rugi tahun berjalan dari operasi dihentikan sebesar Rp 43,46 miliar membuat peningkatan laba bersih Timah hanya sebesar 5,7%.

Amin Haris, Sekretaris Perusahaan Timah, mengatakan manajemen Timah optimitis kinerja perseroan pada 2019 akan terus meningkat seiring dengan membaiknya tata kelola pertimahan di Indonesia.

“Apalagi dengan dukungan regulasi dari pemerintah terkait penertiban penambangan ilegal dan kewajiban pelaporan neraca cadangan yang diverifikasi Competen Person yang bersertifikasi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia dan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia,” ujar Haris, Jumat (8/3).

Haris menambahkan bisnis lain di luar industri timah masih menarik untuk dikembangkan. Misalnya, nikel yang mulai memberikan kontribusinya, sehingga sumber pendapatan akan lebih terdiversifikasi di tahun-tahun mendatang.

Pada 2018, nikel memberikan kontribusi Rp 79,6 miliar dibanding tahun sebelumnya yang masih nihil. Logam timah dan tin solder masih menjadi kontributor utama, yakni sebesar Rp 10,15 triliun atau 92% dari total pendapatan Timah. Sisanya, berasal dari pendapatan bisnis rumah sakit Rp 242,06 miliar, real estat Rp 127,13 miliar dan jasa galangan kapal Rp 20,17 miliar.(AT)