PEKANBARU – Pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menguasai dua aset terbesar di sektor energi, yakni Tambang Grasberg, Papua dan Blok Rokan. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum telah menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia, pengelola Grasberg.

Selain itu, PT Pertamina (Persero) akan mengelola Blok Rokan mulai 2021 pasca berakhirnya kontrak PT Chevron Pacific Indonesia.

Rini Soemarno Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mengatakan akuisisi saham aset Grasberg dan Rokan tidak menggunakan uang negara dan mengandalkan keuangan perusahaan masing-masing, sehingga tidak akan membebani negara.

“Ini (ambil alih aset) tidak terlepas dari badan usaha milik negara sehat, tidak pakai APBN. Kami pakai dana BUMN,” kata Rini disela BUMN Goes to Campus di Pekanbaru, Riau, Selasa (19/3).

Rini menambahkan untuk bisa mendapatkan Blok Rokan Pertamina harus merogoh dana mencapai US$ 784 juta untuk mengambil hati Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) sehingga dipilih ketimbang tawaran Chevron.

“Untuk Blok Rokan saja Pertamina beli US$ 784 juta itu uang Pertamina tidak pakai uang negara,” kata dia.

Selain Blok Rokan, Tambang Grasberg juga harus ditebus dengan mahar cukup tinggi. Inalum harus merogoh kocek mencapai US$ 3,85 miliar untuk mendapatkan saham sehingga menjadi 51% saham Freeport Indonesia.

Dengan adanya akuisisi berbagai aset penting di sektor energi tersebut pemerintah menargetkan BUMN akan bisa berbicara banyak di internasional lima tahun dari sekarang.

“Lima tahun mendatang BUMN harus bisa bermain pasar global tidak hanya Indonesia tapi global. Pertamina ada sumur Aljazair, Gabon ini kami dorong terus,” ungkap Rini.

Pertamina maupun Inalum tidak menggunakan uang negara ataupun dana APBN untuk akuisisi aset Rokan dan Tambang Grasberg. Kedua perusahaan terpaksa harus berutang dalam jumlah tidak sedikit.

Pertamina pada tahun lalu menerbitkan global bond atau surat utang mencapai US$ 750 juta,  dimana dananya digunakan langsung untuk membayar signature bonus.

Inalum juga tidak berbeda dengan Pertamina. Bahkan nilainya jauh lebih fantastis.

Inalum menerbitkan global bond dengan empat macam tenor, mulai tiga tahun hingga 30 tahun. Untuk tenor tiga tahun ditawarkan senilai US$ 1 miliar dengan kupon 5,5%.

Tenor lima tahun ditawarkan senilai US$ 1,25 miliar dengan dengan kupon bunga 6%. Untuk tenor 10 tahun ditawarkan senilai US$1 miliar dan bunga 6,875%. Serta tenor 30 tahun senilai US$ 750 juta dan kupon 7,375%.(RI)