JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS) merealisasikan peningkatan kinerja keuangan yang signifikan sampai dengan kuartal III 2021 dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp612 miliar atau melesat 340%, dibandingkan periode sama tahun 2020 yang rugi Rp255 miliar. Perseroan juga mencatat peningkatan profitabilitas yang signifikan dengan capaian EBITDA pada Sembilan bulan pertama 2021 sebesar Rp1.813 miliar atau naik 108% dari periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp870 miliar dan EBITDA Margin sebesar 18,7% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar 7,3%.

Pada kuartal III 2021 PT Timah mencatat gross profit margin sebesar 20,6% naik dari periode sama tahun 2020 sebesar 6,0%). Net profit margin sebesar 6,3% dimana pada periode sebelumnya minus 2,1%, serta debt to equity ratio sebesar 90,2% dari tahun sebelumnya 141,9%. Sedangkan arus kas operasional menjadi Rp3.088 miliar, dibandingkan periode tahun sebelumnya Rp3.675 miliar.

Wibisono, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS, menyampaikan dengan asumsi volume eksploitasi bijih timah saat ini, perseroan mampu menopang operasi penambangan di masa yang akan datang.
“Dalam rangka mempertahankan keberlangsungan bisnis, aktivitas eksplorasi atau penemuan cadangan baru terus dilakukan. Perseroan terus berupaya secara intensif untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi bijih timah,” ujar Wibisono, Rabu(10/11).

Pulihnya ekonomi yang salah satunya ditandai dengan peningkatan konsumsi terhadap tin-related products antara lain produk elektronik membuat permintaan atas komoditas timah melesat, namun tidak seirama dengan produksi yang masih landai. Pada periode sembilan bulan pertama tahun 2021, harga rerata logam timah LME sebesar US$30.550, dengan level tertinggi pada US$37.600 dan di level terendah pada US$20.965.

Sampai dengan September 2021 Asia masih menjadi destinasi utama ekspor timah TINS dengan kontribusi 53%, disusul Eropa 31% dan Amerika 11%. Adapun 5 besar negara destinasi ekspor timah TINS secara berurutan adalah Korea Selatan 18%, Belanda 17%, Jepang 16%, Amerika Serikat 11% dan Italia 6%.

Produksi bijih timah pada periode sembilan bulan pertama 2021 mencapai 17.929 ton atau turun 48% dari periode sembilan bulan pertama tahun 2020 34.614 ton, dimana sebesar 44% berasal dari penambangan darat, dan 56% berasal dari penambangan laut. Berbanding lurus dengan produksi bijih timah, produksi logam timah mencapai 19.120 metrik ton atau turun 49% dari sembilan bulan pertama 2020 sebesar 37.588 metrik ton. Penurunan produksi bijih timah ini masih terkait dengan adanya pandemi COVID-19 dan dinamika penambangan bijih timah di darat.

Penjualan logam timah pada sembilan bulan pertama 2021 mencapai 19.059 metrik ton atau turun 58% dari periode sama tahun 2020 sebesar 45.548 metrik ton. Meskipun volume penjualan menurun, perseroan mencatatkan harga jual rerata logam timah pada sebesar US$30.158 per metrik ton atau naik secara signifikan sekitar 79% dibandingkan periode sembilan bulan pertama 2020 sebesar US$16.832 per metrik ton.

Besarnya permintaan timah dari negara manufaktur di dunia diprediksi akan membuat harga logam timah masih bertahan di kisaran US$30K sampai dengan akhir tahun 2021. Hal ini memberikan optimisme terhadap pencapaian kinerja TINS yang semakin memikat.

Sebagai perusahaan yang berwawasan lingkungan, TINS menerapkan prosedur penambangan yang ramah lingkungan sesuai dengan regulasi yang berlaku, didukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan pemberian sertifikasi PROPER yang merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.(RA)