JAKARTA – PT Pelita Samudera Shipping (PSSI), perusahaan jasa angkutan laut untuk pengangkutan dan pemindahmuatan batu bara terintegrasi, meraih total pendapatan  2020 sebesar US$68,4 juta atau sekitar Rp0,96 triliun, turun 9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$75,3 juta.

Iriawan Älex Ibarat, Direktur Utama Pelita Samudera, mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 telah menekan kinerja keseluruhan pada 2020.

“Perseroan tetap berhasil mempertahankan pertumbuhan positif di tengah rendahnya permintaan batu bara dan juga volatilitas harga komoditas global lainnya,” ungkap Alex, Selasa (2/3).

Pencapaian Pelita Samudera antara lain ditopang kenaikan pendapatan sewa berjangka 2020 sebesar 35% menjadi US$13,3 juta dari US$ 9,9 juta pada 2019, dengan pertumbuhan tertinggi pada segmen Kapal Tunda dan Tongkang (TNB), diikuti Kapal Curah Besar (MV) dan Fasilitas Muat Terapung & Crane Terapung (FLF/FC).

Sejumlah kontrak baru serta perpanjangan kontrak jangka panjang telah diraih, dan secara keseluruhan perseroan telah mengamankan nilai kontrak sekitar US$164,6 juta. Hingga akhir 2020, komposisi kontrak jangka panjang untuk FLF/FC mencapai 96% dan 4% spot basis, segmen TNB mencapai 88% untuk kontrak jangka panjang dan 12% spot basis.

Untuk segmen MV, dari enam unit kapal, tiga kapal telah mendapatkan kontrak sewa berjangka jangka panjang dan tiga kapal kontrak freight charter (basis volume).

Realisasi belanja modal 2020 sebesar US$9 juta, sebagian besar diserap untuk biaya pemeliharaan armada (docking).

“Tidak ada pembelian unit armada baru dilaksanakan pada 2020 sebagai strategi untuk mengoptimalkan utilisasi aset yang dimiliki di tengah melesunya pasar ekspor dan domestik,” kata Alex.

Hingga akhir 2020, utilisasi armada Pelita Samudera rata-rata mencapai 83,6% untuk TNB, 63,8% untuk FLF/FC, dan 83,5% untuk MV. Empat unit MV yang dibeli pada 2019 telah seluruhnya beroperasi pada 2020 dan telah memasuki pasar internasional melalui pelayaran ke Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Singapura dan Filipina.

Utilisasi penuh dan ekspansi multi kargo armada MV Pelita Samudera sebesar hampir 25% untuk pengangkutan komoditas selain batu bara, seperti nikel, alumina, tembaga konsentrat, semen klinker, pasir silika, billet baja dan produk-produk besi adalah salah satu target diversifikasi bisnis perseroan. Diversikasi segmen TNB juga telah mencakup pengangkutan nikel.

Untuk alokasi belanja modal 2021 ditargetkan sebesar US$21 juta, di mana perseroan merencanakan penambahan satu unit MV kelas Supramax dan kapal-kapal tunda dan tongkang, untuk terus mengeksplorasi potensi pasar logistik baru termasuk non-batubara.

Alex menekankan bahwa di samping strategi diversifikasi komoditas angkut, pasar batu bara masih akan menjadi fokus karena masih memiliki prospek sangat baik di masa depan, dengan target sekitar 70 – 80%.

“Kemampuan perseroan untuk tetap menghasilkan keuntungan, serta terjaganya rasio utang yang kecil menjadi catatan prestasi tersendiri,” ujar dia.

Alex menambahkan, meskipun mengalami penurunan seperti industri lain pada umumnya, Pelita Samudera tetap memperoleh keuntungan bersih dalam situasi sulit 2020 dengan cash cost yang stabil dan margin earnings before interest, tax, depreciation and amortization (EBITDA) 35%, kinerja yang sama dengan 2019.

“Kepercayaan pihak perbankan ternama untuk mendukung rencana pengembangan aset armada kami juga menjadi bukti bahwa perseroan telah menunjukkan kinerja yang baik,” kata Alex.

Pertumbuhan pendapatan pada 2021 ditargetkan meningkat 10%-15% menjadi sekitar US$75 juta – US$80 juta dengan strategi optimalisasi aset, diversifikasi bisnis, ekspansi aset serta meningkatkan penetrasi ke pasar internasional.

“Seperti 2020, kontrak sewa berjangka adalah salah satu kunci peningkatan pendapatan, di samping pertumbuhan volume pengangkutan di mana pada tahun 2020 mencapai sebesar 24,9 juta metrik ton dan ditargetkan naik sekitar 10 – 12% pada 2021,” kata Alex.(RA)