JAKARTA – Pemerintah hingga kini memang belum merubah target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional sebesar 23% di tahun 2025. Segala upaya memang telah ditempuh untuk meningkatkan penggunaan EBT khususnya di kelistrikan namun ternyata ada tantangan lain selain investasi pembangkit yakni masalah konsumsi listrik yang sangat rendah.

Dadan Kusdiana, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menuturkan dari sisi pengadaan pembangkit listrik, pemerintah dan PLN pastikan bawah titik COD masih sesuai dengan target. Namun ketersediaan pembangkit akan terbuang percuma jika tidak ada yang menyerap listrik.

“Bicara konsumsi listrik masih rendah angka di bawah dari apa yang kita lihat di negara tetangga Malaysia misalnya 3x lipat dari kita,” kata Dadan dalam diskusi virtual, Senin (7/2).

Menurut Dadan masih ada peluang agar konsumsi listrik meningkat. Dia meyakini kondisi oversupply listrik yang terjadi sekarang tidak akan berlangsung selamanya.

“Ini adalah satu potensi je depan bahwa indo masih akan tmbh lebih cepat dan perlukan lstrk lebih bnayak. oversuplai dari pln ini sifatnya sementara saya melihatnya, PLN pun saya kira melihat demikian kita akan lewati waktu-waktu tersebut dan bertahap bagaiana ebtnya bisa bertambah,” jelas Dadan.

Menurut dia salah satu fokus pemerintah dalam isu bauran energi adalah pemanfaatan potensi energi terbarukan sehingga bisa menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca.

“Jadi yang dicari di kejar adalah bagiamana turunkan ERK. Pencapaian hal ini mengenai sifat dari energi sama-sama tahu bahwa upayanya adalah dorong pemanfatan energi bersih, dari sisi potensi presiden sampaikan degan jelas dalam beberapa sambutan ada potensi energi besar pemanfaatan masih  bertahap dilaiukan dengan persentase kecil tahun 2021 itungan final bauran enegri primer 11,7% tahun 2025 23% masih separuhnya menuju ke sana. harus kejar ketertingalan,” jelas Dadan. (RI)