JAKARTA – PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, diminta tegas dan aktif memastikan kelanjutan pengerjaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1 ditengah kisruh yang sedang dialami konsorsium, yakni PT Pertamina Power Indonesia (PPI) selaku pimpinan konsorsium dan Marubeni corp, anggota konsorsium

Fabby Tumiwa Direktur Eksekutif, Institute for Essential Services Reform, mengatakan sebagai pemilik proyek PLN harus memastikan proyek berjalan dan bisa rampung sesuai target yang dijanjikan serta disepakati bersama dengan konsorsium yang telah memenangkan tender proyek pembangunan PLTGU Jawa 1.

“Persoalan internal pada konsorsium proyek PLTGU 1 seharusnya diselesaikan oleh konsorsium. Sesuai dengan kontrak, ada waktu delivery dan COD proyek. Ini yang harus dipastikan oleh konsorsium dan PLN sebagai pemilik proyek,” kata Fabby saat dihubungi Dunia Energi di Jakarta, Rabu (6/11).

Pergantian komposisi dalam konsorsium memang dimungkinkan, namun harus dilihat aturan main yang disepakati dengan PLN terlebih dulu. “Di antara anggota konsorsium seharusnya ada perjanjian, apakah penggantian anggota konsorsium harus melalui mekanisme tertentu, termasuk persetujuan PLN sebagai pemilik proyek,” ungkap Fabby.

Kisruh antaranggota konsorsium pembangunan PLTGU Jawa 1 berujung pada bakal terdepaknya Ginanjar Sofyan sebagai Direktur Utama PPI. Ginanjar pekan lalu telah menerima surat pembebas tugasan dari direksi PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha PPI. Namun, hingga saat ini, belum ada serahterima jabatan dirut PPI.

Berdasarkan informasi yang diterima dari sumber Dunia Energi, pencopotan Ginanjar terkait sikap yang bersangkutan berseberangan dengan Marubeni. Perusahaan asal Jepang itu dinilai tidak mengedepankan etika bisnis, isu tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), serta efisiensi biaya proyek, dan pergantian operator FSRU dari Belgia (Exmar) oleh perusahan Jepang lainnya (Mitsui OSK Line/MOL). “Ini yang membuat Ginanjar marah,” kata sumber tersebut kepada Dunia Energi belum lama ini.

Kemarahan PPI ditunjukan dengan keluarnya tiga surat keras dari PPI yang diteken Ginanjar. Bahkan, surat itu ditembuskan ke para lenders (JBIC, NEXI dan ADB). “Sejauh ini para lenders tersebut tidak memberikan reaksi apapun,” ujarnya.

PLTGU) Jawa 1 memiliki kapasitas 1.760 megawatt (MW) dan ditargetkan mulai beroperasi komersial pada akhir 2021. PLTGU Jawa 1 merupakan proyek pembangkit terintegrasi dengan Floating Storage Regasification Unit (FSRU).

Total investasi proyek PLTGU Jawa 1 mencapai US$1,8 miliar. Sebesar US$300 juta-US$400 juta di antaranya untuk FSRU.

Pembangunan kapal FSRU Jawa 1 juga telah dimulai di galangan kapal Samsung Heavy Industries Busan, di Korea Selatan. Kapal FSRU memiliki kapasitas kargo penyimpanan liquefied natural gas (LNG) sebesar 170.150 m3 dengan kapasitas unit regasifikasi 300 MMSCFD.(RI)