JAKARTA – Sepanjang tahun 2021 PT Ifishdeco Tbk (IFSH), perusahaan pertambangan nikel terintegrasi, meraih penjualan bersih Rp 906,25 miliar, naik 129% dibandingkan pencapaian tahun 2020 Rp 396,57 miliar. Ifishdeco berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 159,07 miliar di sepanjang tahun lalu, melonjak lebih dari lima kali lipat atau 577% dari perolehan laba bersih Rp 23,48 miliar di sepanjang 2020.

Ineke Kartika Dewi, Direktur Keuangan Ifishdeco, mengatakan kinerja positif Ifishdeco merupakan hasil dari konsistensi perseroan dalam melakukan sejumlah strategi seperti fokus pada pasar domestik, optimalisasi cadangan nikel, dan revitalisasi dermaga untuk meningkatkan kapasitas pengiriman. Berbekal kinerja gemilang pada 2021, Ifishdeco bersiap melakukan sederet ekspansi organik dan anorganik untuk meraih pertumbuhan berkelanjutan di masa mendatang.

Berbagai strategi bisnis IFSH terbukti berhasil menghasilkan kinerja solid dengan berhasil mencetak rekor tertinggi laba bersih sejak berdiri, bahkan laba di tahun lalu melampaui pencapaian laba sebelum pandemi yakni Rp 97,72 miliar pada 2019. Mengacu pada kinerja selama lima tahun terakhir, IFSH mampu meraih kinerja di tengah tekanan pandemi COVID-19 dan larangan ekspor bijih nikel.
Dalam lima tahun terakhir, IFSH berhasil membukukan pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 24,87%. Sebagai perbandingan, di tahun 2017 IFSH membukukan penjualan bersih Rp 324,71 miliar. Di tengah tren permintaan tinggi komoditas nikel di pasar domestik dan global, Ifishdeco menargetkan kenaikan volume produksi sehingga bisa mencapai kinerja produksi sebelum pandemi. Peningkatan volume produksi juga akan dilakukan bersamaan dengan strategi efisiensi.

Di tahun ini IFSH akan memulai transformasi digital yang ditargetkan akan berdampak pada efisiensi yakni penurunan beban operasional sekaligus pengawasan operasional.

“Selain mengejar kenaikan volume produksi dan efisiensi, IFSH juga membuka peluang untuk melakukan ekspansi organik lewat akuisisi tambang nikel sebagai sumber pertumbuhan baru di masa depan sekaligus memperbesar cadangan nikel,” ungkap Ineke Kartika Dewi, dalam keterangan resmi, Jumat (22/4).

IFSH aktif melihat sejumlah potensi akuisisi lewat berbagai opsi, diantaranya melakukan akuisisi greenfield atau akuisisi perusahaan tambang nikel yang sudah beroperasi.

“Untuk mencapai target pertumbuhan berkelanjutan, perseroan menyiapkan capital expenditure (capex) Rp 12 miliar di tahun ini. Mayoritas capex digunakan untuk pembelian alat berat,” ujar Ineke.

Beragam strategi ekspansi ini diyakini IFSH mampu memperkuat posisi perseroan sebagai salah satu produsen tambang nikel terkemuka di Indonesia.
Sebagai informasi, pasar komoditas nikel diperkirakan akan tetap tumbuh positif di tahun ini.

Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menyatakan permintaan bijih nikel tahun 2022 dalam negeri diperkirakan melonjak tajam, naik hingga 30% dibandingkan tahun 2021. Peningkatan tersebut seiring dengan beroperasinya sejumlah smelter pengolahan nikel di tahun 2022.(RA)