JAKARTA– PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor jasa sewa rig, mencatatkan kinerja operasional dan keuangan yang memuaskan sepanjang 2018. Kendati harus mengawali 2018 dengan permintaan menurunkan harga jasa sewa harian rig, PDSI mencatatkan laba bersih US$ 18 juta,  atau 150% dari target net profit US$ 12 juta pada 2018.

Budhi Nugraha Pangaribuan, Direktur Utama PDSI, mengatakan kenaikan laba bersih perseroan ditopang kenaikan pendapatan dari target dalam RKAP revisi sebesar US$ 237 juta tapi realisasinya mencapai US$ 238 juta. Realisasi pendapatan tahun lalu melewati 2017 yang tercatat US$ 235 juta.

“Kami mampu mempertahankan pendapatan di tahun ini salah satunya karena kami mampu meningkatkan angka utilitas dan produktivitas rig, serta sebaliknya menekan angka non-productive time (NPT),” ujar Budhi di Jakarta, Kamis (18/1).

Budhi Nugraha Pangaribuan, Direktur Utama PDSI. (foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi)

Budhi mengatakan, PT Pertamina EP, anak usaha Pertamina di sektor hulu migas,  memberi kontribusi sekitar 65% terhadap pendapatan PDSI dari total 90% kontribusi perusahaan dalam kelompok usaha Pertamina. Sisanya berasal dari PT Pertamina Hulu Energi dan  PT Pertamina Geothermal Energi. “Dari perusahaan non-Grup Pertamina baru berkontribusi 10%, antara lain dari Medco, Chevron, dan Repsol,” ujar Budhi kepada Dunia-Energi di Pangkalan Susu,  Langkat, Sumatera Utara, Minggu (30/12).

Tahun ini, PDSI memproyeksikan pendapatan tumbuh menjadi US$ 272,4 juta. Sebanyak US$ 177,06 juta proyeksi pendapatan PDSI pada 2019 akan dikontribusi dari proyek yang didapat PDSI dari Pertamina EP. Sejalan dengan itu, laba bersih anak usaha Pertamina di bidang jasa pengeboran migas ini akan meningkat jadi sedikitnya menjadi US$ 20,9 juta.

Dalam menjalankan operasionalnya, PDSI didukung oleh keberadaan sembilan unit cyber rig berkapasitas 1000-1500 HP. Di Indonesia rig cyber yang digunakan PDSI termasuk jenis rig dengan teknologi tinggi dan canggih. Di tahun 2018 PDSI telah menyelesaikan di 319 sumur (termasuk eksplorasi, eksploitasi, well service dan workover).

Dengan rig cyber yang dimilikinya PDSI berhasil menuntaskan side track operation untuk pekerjaan di Albatros Putih-001 Tuban, Jawa Timur, Bambu Besar (BBS) B1 dan B2 di Jawa Barat, serta Titanum 001 Aceh dengan sangat baik. PDSI juga sukses melakukan pengeboran berarah tipe S di wilayah kerja PEPC ADK, Cepu, Jawa Timur.

Selain dari jasa penyewaan rig dan layanan pengeboran, secara umum pendapatan tahun 2018 dapat dipertahankan karena PDSI mampu mengoptimalkan keberadaan unit bisnis non-rig services, seperti Top Drive, H2S Monitoring Unit, Horizontal Drilling, Aerated Drilling, Water Pump, Fishing & Milling, Coring, hingga Integrated Project Management, dan Well Control Team.

PT Patra Drilling Contractor (PDC), anak perusahaan PDSI, pun turut memberi andil terhadap pendapatan keseluruhan PDSI pada tahun 2018. Menurut Budhi, peningkatan pendapatan PDC yang sangat signifikan hingga memengaruhi PDSI berasal dari tingginya realisasi pendapatan dari unit bisnis rekayasa, pengadaan, dan kontraktor (EPC).

Budhi optimistis PDSI dapat mempertahankan bahkan meningkatkan pendapatannya lebih besar lagi di akhir tahun 2019. Selain faktor peluang-peluang kerja baru berskala besar yang terbuka lebar bagi PDSI dan PDC, keyakinan ini tidak lepas dari kehadiran Indonesia Drilling Training Center (IDTC).

IDTC merupakan satu unit pendidikan dan pelatihan kelolaan PDSI yang berlokasi di Mundu, Indramayu, Jawa Barat. Unit bisnis yang dikategorikan non-drilling services ini ditargetkan dapat menjadi pusat pembelajaran pengeboran berskala internasional bagi para profesional pengeboran di Indonesia, baik HSSE, operasi dan teknologi. (DR)