PEKANBARU – PT Pertamina (Persero)  siap menyerap kelapa sawit dalam skala besar untuk dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar nabati (BBN). Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan ancaman dari Uni Eropa yang melarang distribusi hasil olahan atau minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) tidak perlu dikhawatirkan. CPO bisa diolah menjadi bahan baku energi alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan di dalam negeri.

“Jadi jangan berkecil hati ketika Eropa melarang minyak kelapa sawit. Sawit bisa diolah jadi energi,” kata Nicke disela paparannya di BUMN Goes to Campus, Universitas Riau di Pekanbaru, Riau, Selasa (19/3).

Salah satu pemanfaatan yang dimaksud adalah dengan mengolah CPO menjadi bahan bakar atau biofuel. Pertamina saat ini telah mengembangkan teknologi untuk memproduksi biofuel memanfaatkan minyak kelapa sawit untuk. Jika saat ini program penggunaan biofuel baru 20% melalui B20. Seiring pengembangan teknologi, Pertamina dengan green refinery-nya akan menghasilkan B100.

“Kami olah sawit jadi fuel, jadi avtur di Kilang Plaju dan Dumai. Jadi dari B20 nantinya menjadi B100,” kata Nicke.

Pertamina sudah menggandeng RNI dan PTPN III untuk memanfaatkan kebun kelapa sawit milik kedua perusahaan dan juga kebun kelapa sawit milik petani kelapa sawit di wilayah kerja RNI dan PTPN III.

Sumatera, kata Nicke, menjadi wilayah yang sangat strategis untuk dikembangkan potensi kelapa sawit. Selain ketersediaan infrastruktur, juga didukung ketersediaan pasokan kelapa sawit yang besar.

“Potensi Sumatera luar biasa dalam rangka kemandirian kedaulatan energi. Pertamina akan optimalkan seluruh potensi energi. Sumatera ada sawit yang menjadi opsi bioenergi,” tandas Nicke.(RI)