JAKARTA – Pembangunan Kilang Bontang diproyeksikan meleset jauh dari target awal. Semula, Kilang Bontang ditargetkan bisa mulai beroperasi pada 2022, namun partner PT Pertamina (Persero), Oman Overseas Oil and Gas LLC (OOG) memproyeksikan kilang baru rampung pada medio 2025-2026.

“Kemungkinan sekitar 2025-2026, paling cepat 2025. Kalau 2022 tidak mungkin,” kata Khalfan Al Riyami, Direktur Utama OOG dalam diskusi dengan media di Jakarta, Senin (15/4).

OOG kata dia kini tengah melakukan kajian kelayakan finansial (bankable feasibility study) yang rencananya dilakukan selama enam bulan. Berikutnya, OOG akan mengerjakan Front End Engineering Design (FEED). Kedua tahap persiapan pembangunan kilang tersebut rencananya dilakukan selama dua tahun.

Untuk FEED saja selain membutuhkan waktu yang panjang juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Setidaknya dalam proses FEED, OOG harus menghabiskan dana sekitar US$180 juta.

OOG ditetapkan Pertamina sebagai pemenang dalam tender pembangunan Kilang Bontang pada Januari 2018. Tidak seperti pembangunan kilang lainnya, Pertamina hanya mendapatkan porsi saham sebesar 10% sementara OOG mencapai 90%.

Dalam rangka persiapan pembangunan kilang, untuk pengerjaan fasilitas pendukung OOG juga tengah mencari mitra perusahaan lokal maupun internasional.

Proses pemilihan partner sudah dimulai ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan dua perusahaan lokal yaitu PT Meta Epsi dan PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA). Kedua perusahaan tersebut akan membangun fasilitas pendukung (outside battery limit/OSBL), seperti pipa, fasilitas water treatment, dan fabrikasi dengan total nilai proyek mencapai US$3 miliar.

“Kami setuju untuk memberikan mereka kerjaan dengan nilai sampai US$3 miliar. Tetapi kami belum tahu proyeknya apa saja,” kata Khalfan.(RI)