NEW YORK– Peningkatan ketegangan antara Amerika Serikt dan Iran serta kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang berpotensi mengurangi permintaan minyak global mendorong kenaikan harga minyak sekitar 1% pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu (20/7) pagi.

Harga minyak berjangka Brent untuk pengiriman September 2019, naik US$0,54 per barel menjadi ditutup pada US$62,47 per barel di London ICE Futures Exchange. Sedangkan minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik US$0,33 menjadi menetap pada US$55,63 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sepanjang pekan ini, harga patokan minyak mentah turun, setelah turun tajam awal pekan ini di tengah kekhawatiran permintaan. Untuk WTI jatuh 7% sepanjang minggu ini dan Brent kehilangan sekitar 5,5%, kerugian tertajam untuk kedua acuan sejak akhir Mei 2019.

Harga-harga minyak naik di akhir sesi setelah Pengawal Revolusi Iran mengatakan mereka telah menangkap sebuah kapal tanker minyak berbendera Inggris di Teluk, setelah Inggris merebut sebuah kapal Iran awal bulan ini, semakin meningkatkan ketegangan di sepanjang rute pengiriman minyak internasional yang vital.

Sebuah kapal tanker minyak kedua, Mesdar, yang dioperasikan Inggris, berbendera Liberia, berbelok tajam ke utara menuju pantai Iran pada Jumat sore setelah melewati barat melalui Selat Hormuz ke Teluk, menurut data pelacakan Refinitiv.

“Pendapat kami keruwetan masih mendukung beberapa perdagangan berayun luas di kedua arah karena harga terus diterpa berbagai arus lintas yang mencakup meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran di sisi bullish dan meningkatnya kekhawatiran permintaan minyak global pada sisi bearish,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

Episode ini telah menyuntikkan risiko geopolitik lebih lanjut ke pasar minyak.

Seorang pejabat senior pemerintah Trump mengatakan pada Jumat (19/7) AS akan menghancurkan pesawat tanpa awak Iran yang terbang terlalu dekat dengan kapalnya.

Sehari sebelumnya, Amerika Serikat mengatakan sebuah kapal Angkatan Laut AS telah “menghancurkan” pesawat tanpa awak Iran di Selat Hormuz setelah pesawat mengancam kapal itu, tetapi Iran mengatakan tidak memiliki informasi tentang kehilangan sebuah pesawat tak berawak.

Harga juga didukung oleh indikasi Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga secara agresif untuk mendukung perekonomian.

Dua pejabat Federal Reserve yang berpengaruh mempertajam kasus publik untuk bertindak mendukung ekonomi AS pada Kamis (18/7), menghidupkan kembali spekulasi bank sentral dapat memberikan penurunan lebih besar dari yang diperkirakan bulan ini, meskipun taruhan pada penurunan suku bunga yang lebih besar berkurang kembali pada Jumat (19/7).

Sementara itu, perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi untuk minggu ketiga berturut-turut karena pengebor menindaklanjuti rencana untuk memotong pengeluaran.

Pengebor mengurangi lima rig minyak dalam seminggu hingga 19 Juli, sehingga jumlah totalnya turun menjadi 779 rig, terendah sejak Februari 2018, perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes mengatakan dalam laporan yang dipantau dengan cermat pada Jumat (19/7)

Data pada Jumat (19/7) juga menunjukkan dana lindung nilai dan manajer uang lainnya menaikkan taruhan bullish mereka pada minyak mentah AS. Itu adalah peningkatan kedua berturut-turut.

Namun, prospek jangka panjang untuk minyak telah tumbuh semakin bearish.

Badan Energi Internasional (IEA) tidak memperkirakan harga minyak naik secara signifikan karena permintaan melambat dan ada kelebihan pasokan di pasar minyak mentah global, ketua IEA, Fatih Birol mengatakan pada Jumat (19/7) dalam komentar publik.

IEA mengurangi perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2019 menjadi 1,1 juta barel per hari (bph) dari 1,2 juta barel per hari karena ekonomi global yang melambat di tengah perang perdagangan AS-China, kata Birol kepada Reuters. (RA)