JAKARTA – Kinerja positif di sektor minyak dan gas serta energi baru terbarukan (EBT) tidak berhasil mendorong kinerja laba bersih PT Medco Energi International Tbk (MEDC). Laba bersih Medco pada enam bulan pertama 2018 tercatat US$41,4 juta, turun 35% dibanding periode yang sama 2017.

Penurunan laba bersih terutama disebabkan peningkatan pada pos beban pendanaan, beban pajak penghasilan dan beban lainnya.

Roberto Lorato, Chief Executive Officer Medco Energi, mengatakan penurunan pendapatan dipengaruhi peningkatan beban biaya anak usaha Medco, yakni PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang mulai menggiatkan pengembangan tahap 7 Tambang Batu Hijau.

Medco Power mulai memberikan kontribusi signifikan bagi Medco Internasional seiring beroperasinya PLTP Sarulla.

“Kinerja minyak dan gas meningkat, namun diimbangi dengan kerugian dalam afiliasi pertambangan perseroan,” kata Robert, Jumat (3/8).

Medco menuntaskan akuisisi saham Amman Mineral senilai US$2,6 miliar pada akhir 2016. Amman Mineral sebelumnya telah menguasai 82% saham PT Newmont Nusa Tenggara, pengelola Tambang Batu Hijau di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dari Newmont Mining Corporation.

Pendapatan Medco tercatat naik 42,3% dari US$401,39 juta pada semester I 2017 menjadi US$578,58 juta pada semester I 2018. Kenaikan pendapatan, selain dari penjualan minyak dan gas juga berasal dari penjualan listrik dari pembangkit energi baru terbarukan. Medco mencatat pendapatan US$116,46 juta pada semester I tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu yang masih nihil.

Harga minyak dan gas masing-masing meningkat 35% dan 9% menjadi US$66,8 per BBL dan US$6,0 per MMBTU mendorong kenaikan pendapatan dari penjualan migas.

Kenaikan harga berhasil mengkompensasi penurunan produksi. Rata-rata produksi minyak dan gas Medco sebesar 82,4 ribu barel ekuivalen per hari, lebih rendah dari semester pertama 2017.

Menurut Lorato, kondisi ini terjadi karena adanya penyesuaian permintaan pasar gas.

“Perusahaan mempertahankan estimasi produksi sepanjang tahun 2018 sebesar 85 ribu barel ekuivalen per hari dengan kapasitas produksi yang dimiliki hingga 100 ribu barel ekuivalen per hari, menyesuaikan permintaan dari para pelanggan gas,” kata Lorato.

Seiring kenaikan pendapatan, laba kotor juga naik 61,5% menjadi US$319,8 juta pada semester I 2018. Margin laba kotor 55% lebih tinggi dibandingkan 49% pada semester pertama 2017.

Lebih dari 95% pendapatan semester pertama Medco diterima dalam dolar AS. Disisi lain, sekitar 60% dari pengeluaran dibayarkan dalam rupiah.

Efisiensi di pengeboran dan proyek pengembangan serta penangguhan biaya yang didukung dengan kurs nilai tukar dollar AS yang memberikan dampak positif telah memungkinkan perseroan untuk memangkas panduan belanja modal 2018 sebesar ~15%.

“Kinerja operasional perusahaan yang kuat dan fokus terhadap biaya produksi memungkinkan Medco untuk memanfaatkan harga komoditas yang menguntungkan saat ini,” tandas Lorato.(RI)