JAKARTA – Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman mengklaim kesepakatan antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco dalam kerja sama pembangunan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap akan terus berlanjut. Apalagi putra mahkota Raja Salman, Mohammed bin Salman langsung mendorong agar kerja sama tersebut terealisasi.

Menurut Luhut, Presiden Joko Widodo dan keluarga kerajaan Arab Saudi memiliki hubungan baik sehingga pembicaraan investasi antar kedua negara berlangsung positif, termasuk kerja sama antara Pertamina dan Saudi Aramco.

“MBS (Mohammed bin Salman) akan datang menunggu finalisasi Saudi Aramco masuk. Sekarang lagi finalisasi evaluasi studi,” kata Luhut di Jakarta, Selasa (2/7).

Pertamina dan Saudi Aramco sebelumnya telah mencapai sepakat untuk melanjutkan kerja sama dalam menyiapkan pengembangan Kilang Cilacap. Kesepakatan tersebut dicapai di sela-sela pertemuan G20. Keduanya sepakat untuk bersama-sama melibatkan reputable financial advisor dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerja sama.

Menurut Luhut, jika kerja sama dengan Pertamina-Saudi Aramco berjalan maka bukan tidak mungkin Arab Saudi akan meningkatkan investasinya di Indonesia. Untuk Kilang Cilacap saja kebutuhan investasinya mencapai US$7 miliar.

“Sangat banyak (rencana investasi), ini hanya pembuka kita saja,” ujar Luhut.

Pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagian dari enam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan New Grass Root Refinery (NGRR) untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar minyak Pertamina, dari saat ini sekitar satu juta barel per hari menjadi sekitar dua juta barel per hari. Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang.

Selain meningkatkan kapasitas kilang, kualitas produk yang dihasilkan pun akan lebih baik yaitu mencapai standar Euro V yang lebih ramah lingkungan.

Kerja sama antara Pertamina dan Saudi Aramco sebenarnya sudah sempat diujung tanduk lantaran tidak adanya titik temu antar keduanya terkait nilai valuasi aset. Pertamina bahkan sempat mengambil ancang-ancang untuk meninggalkan Aramco jika tidak ada kesepakatan nilai aset pada Juni lalu.(RI)