JAKARTA– Pertamina EP Asset (PEP) 3 Subang Field, unit bisnis PT Pertamina EP, mencatatkan produksi minyak di atas target. Hingga semester I 2020, PEP Asset 3 Subang Field membukukan produksi minyak 4.608 barel per hari (bopd) atau 104,2% dari proyeksi sepanjang tahun ini.

Kenaikan tersebut tak menyurutkan koitmen manajemen PEP Asset 3 Field dalam melestarikan lingkungan. Salah satunya adalah dukungan terhadap pemindahan satwa langka, yaitu sepasang Owa Jawa (Hylobates moloch), Si Ukong dan Gomeh, dari kandang rehabilitasi Taman Nasional Gede Pangrango di Lido ke kandang habituasi di kawasan Wahana Wisata Gunung Puntang. Lokasi kandang habituasi di lereng Gunung Puntang ada di tiga tempat, yaitu Kandang Cisaat, Kandang Haruman dan Kandang Nangsi.

Adam Maryanto, Pjs Field Manager Subang, menjelaskan kegiatan pemindahan Ukong dan Gomeh bersama dengan Yayasan Owa Jawa merupakan bagian dari translokasi sebanyak enam Owa Jawa dari kawasan Cigembong Lido ke kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar, atau tepatnya di Gunung Puntang.

“Kerja sama PEP Subang Field dan Yayasan Owa Jawa telah terjalin sejak 2013. Kami tentunya sebagai salah satu perusahaan yang ada di Jawa Barat, turut prihatin dengan masalah keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya dalam hal ini juga Owa Jawa,” katanya dalam keterangan tertulis kepada Dunia Energi, Jumat (31/7).

Adam berharap dengan kontribusi dari berbagai pihak, Owa Jawa dapat kembali lestari di habitatnya dan berdampak pada terciptanya keseimbangan pada alam. “Keseimbangan ini tidak hanya kemudian akan memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan sebuah perusahaan, namun juga kehidupan kita sebagai manusia,” katanya.

Pristiani Nurantika, dokter hewan dari Javan Gibbon Center, mengatakan habitasi Ukong dan Gomeh merupakan bagian dari kegiatan konservasi Owa Jawa di wilayah Gunung Puntang hasil kerja sama PEP Asset 3 Subang Field dengan Yayasan Owa Jawa yang telah dilakukan sejak 2013. Habituasi adalah proses mengajarkan Owa Jawa beradaptasi sebelum dilepas ke alam liar.

“Di kandang habituasi, Owa Jawa akan diberikan makan-makan yang tumbuh di hutan Gunung Puntang. Owa juga akan beradaptasi dengan ketinggian serta suhu udara,” ujar Pristiani Nurantika.

Pristiani mengatakan Ukong dan Gomeh akan berada di kandang habituasi sekitar empat bulan. Berdasarkan evaluasi, selama itu untuk melihat peningkatan perilaku apakah sudah mendekati Owa liar. “Itu yang menjadi alasan kuat untuk melanjutkan mereka ke tahap berikutnya, yaitu lepas liar,” katanya.

Dadang Suryana, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Bogor, menjelaskan jika habituasi sukses proses selanjutnya bisa dilanjutkan dengan pelepasliaran. Upaya pelestarian harus terus dilakukan pengawasan selama satu tahun untuk memastikan Owa Jawa berhasil bertahan hidup dan berkembang di alam setelah lepasliaran.

“Ini hal yang penting. Sebenarnya, program reintroduksi Owa Jawa tidak selesai saat habituasi lalu pelepasliaran. Setelah itu, dan ini yang terpenting, adalah memastikan mereka berkembang biak, tidak diburu, hutan tidak dirambah manusia untuk perkebunan dan perumahan,” katanya.

Menurut dia, Owa Jawa memiliki peran penting di ekosistem. Mereka akan menyebarkan biji-bijian dari buah yang mereka makan, dan secara tidak langsung menjaga kelestarian hutan. Owa itu adalah indikator kualitas hutan yang baik. “Dengan adanya Owa di suatu hutan, kualitas hutan untuk hewan lain juga akan lebih baik,” ujarnya.

Sejak 2013 hingga 2019, Pertamina EP Asset 3 Subang Field dan Yayasan Owa Jawa telah melepasliarkan 24 Owa Jawa. Ukong dan Gomeh merupakan dua dari enam Owa Jawa yang dihabituasi sepanjang 2020.

Apa yang sudah dilalui Si Ukong dan Gomeh merupakan rangkaian proses sebagai bagian dari upaya pelestarian Owa Jawa. Apalagi Owa Jawa sudah masuk daftar merah IUCN dengan status Vulnerable karena tersisa sekitar 2.000-4.000 ekor, Owa Jawa merupakan spesies Owa yang paling langka di dunia.

Kerja sama Pertamina EP Subang Field dengan Yayasan Owa Jawa meliputi program reintroduksi dan monitoring Owa Jawa di kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar Jawa Barat, perlindungan Owa Jawa dan habitatnya, mendukung program konservasi Owa Jawa seperti pemulihan habitat, pemberdayaan masyarakat, ekowisata, komubikasi dan edukasi, penelitian, hingga peningkatan SDM terkait konservasi Owa Jawa. (RA)